berita
21 Desember 2025
Ngeri-Ngeri Sedap! 7 Dampak Defisit APBN 560 Triliun Bagi Pengusaha dan Investor
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali melebar. Hingga November 2025, defisit tercatat Rp560,3 triliun atau 2,35% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini masih disebut pemerintah “terkendali”, tetapi bagi pengusaha dan investor, data fiskal seperti ini bukan sekadar angka makro. Ada implikasi langsung ke biaya usaha, likuiditas pasar, hingga arah kebijakan ke depan. Sebagaimana dikutip dari Bisnis Indonesia pada Jumat (19/12/2025), berikut 7 poin penting yang perlu Anda pahami.
1. Defisit APBN Naik Signifikan dalam Satu Bulan
Defisit APBN per Oktober 2025 tercatat Rp479,7 triliun atau 2,02% dari PDB. Dalam satu bulan saja, defisit bertambah sekitar Rp80,6 triliun. Kenaikan ini menunjukkan tekanan fiskal yang cukup cepat di akhir tahun anggaran, terutama akibat belanja negara yang tetap agresif.
2. Belanja Negara Masih Lebih Besar dari Pendapatan
Hingga November 2025, belanja negara mencapai Rp2.911,8 triliun atau 82,5% dari outlook. Sementara penerimaan negara Rp2.351,1 triliun atau 82,1% dari target. Selisih inilah yang menjadi salah satu penyebab APBN defisit, karena belanja tumbuh lebih cepat dibanding pendapatan.
3. Pajak Masih Jadi Tulang Punggung Penerimaan
Penerimaan pajak menyumbang Rp1.634,4 triliun, sekitar 78,7% dari target. Artinya, ruang fiskal negara masih sangat bergantung pada kinerja dunia usaha dan konsumsi. Bagi pengusaha, ini sering berujung pada kebijakan intensifikasi dan optimalisasi pajak di tahun berikutnya.
Baca juga: Nyungsep! Bank Dunia Ungkap Fakta Penyebab Gaji Orang Indonesia Makin Menurun
4. Keseimbangan Primer Masih Defisit
Keseimbangan primer tercatat minus Rp82,2 triliun. Ini berarti pendapatan negara belum cukup untuk menutup belanja di luar pembayaran bunga utang. Dalam konteks investor, kondisi ini biasanya direspons dengan kebijakan pembiayaan lanjutan, termasuk penerbitan surat utang negara.
5. Pemerintah Menilai Defisit Masih Terkelola
Menkeu Purbaya menegaskan bahwa defisit 2,35% PDB masih dalam batas aman. Namun bagi pelaku usaha, istilah “terkendali” tidak selalu berarti tanpa dampak. Defisit tetap membutuhkan pembiayaan, dan pembiayaan selalu punya konsekuensi kebijakan.
6. Implikasinya bagi Pengusaha: Biaya & Akses Modal
Ketika defisit melebar, pemerintah cenderung menjaga stabilitas fiskal lewat dua jalur: optimalisasi penerimaan dan pengendalian belanja. Bagi pengusaha, ini bisa terasa dalam bentuk pengetatan fiskal, kebijakan pajak yang lebih aktif, serta persaingan akses pembiayaan. Inilah mengapa memahami penyebab APBN defisit penting untuk membaca arah kebijakan ke depan.
7. Implikasinya bagi Investor: Arah Pasar & Strategi
Bagi investor, defisit APBN sering beriringan dengan penerbitan instrumen pembiayaan negara dan dinamika suku bunga. Ini mempengaruhi pasar obligasi, likuiditas, hingga preferensi risiko. Investor yang cermat biasanya mulai menyesuaikan portofolio ketika defisit bergerak mendekati batas atas target pemerintah.
Baca juga: Waduh! Ini 7 Hal Penting Dibalik Target Ekspor 2026 yang Turun 7,09%
Defisit APBN Rp560,3 triliun bukan sekadar berita fiskal. Bagi pengusaha, ini berkaitan dengan iklim usaha, kebijakan pajak, dan akses pendanaan. Bagi investor, ini menjadi sinyal penting untuk membaca arah pasar dan kebijakan keuangan negara. Memahami data dan penyebab APBN defisit membantu Anda mengambil keputusan yang lebih terukur, bukan reaktif.






