berita
20 Juni 2025
Sri Mulyani: Ini Dia Dampak Perang Iran Israel Terhadap Laju Ekonomi
Memanasnya perang Iran Israel yang masih terus berlangsung membuat situasi dunia jadi tidak menentu. Meski terjadi jauh di Timur Tengah, dampaknya bisa terasa sampai ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Masalah ekonomi dan keamanan jadi hal yang perlu digaris bawahi.
Menanggapi situasi tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan mantan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), turut memberikan pandangan mereka terkait potensi risiko yang harus diantisipasi.
Imbas Perang Terhadap Perekonomian Indonesia
Sri Mulyani menjabarkan sedikit banyak apa saja dampak perang Iran Israel terhadap laju ekonomi Indonesia;
1. Harga Minyak Dunia Melonjak Naik
Setelah konflik antara Iran dan Israel memanas dalam beberapa hari terakhir, harga minyak dunia langsung melonjak. Salah satu contohnya adalah harga minyak mentah Brent yang naik hampir 9% dan menyentuh angka US$78 per barel.
Jika ketegangan kedua negara ini terus berlanjut, harga minyak bisa saja kembali menembus angka US$100 per barel. Kenaikan ini bisa berdampak buruk bagi Indonesia, terutama terhadap neraca perdagangan, karena biaya impor energi akan semakin besar.
2. Gangguan Rantai Pasok dan Logistik
Sri Mulyani menyoroti gangguan terhadap rantai pasok global yang bisa memperburuk kondisi logistik dan biaya produksi.
Ketegangan di kawasan Selat Hormuz—jalur vital distribusi minyak dunia—bisa mengganggu arus perdagangan internasional, yang pada akhirnya menimbulkan efek domino terhadap stabilitas ekonomi negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ketidakpastian global juga membuat nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam, menambah beban bagi sektor industri dan memperbesar risiko inflasi impor.
3. Inflasi Menjadi-Jadi
Sri Mulyani menilai bahwa kondisi global saat ini menghadirkan risiko yang kompleks: inflasi melaju di saat ekonomi dunia justru melambat.
”Risiko bagi Indonesia juga patut diwaspadai. Melemahnya ekonomi global akan berdampak pada barang-barang ekspor Indonesia. Harga komoditas memang ada yang meningkat tajam, tetapi bukan karena faktor supply-demand, melainkan akibat disrupsi,” ujarnya.
4. Ketidakstabilan Nilai Tukar Rupiah & Arus Modal
Menurut Sri Mulyani dalam situasi seperti ini, investor cenderung bersikap hati-hati dan memilih untuk menarik dananya dari negara berkembang seperti Indonesia, demi mengamankan aset mereka di negara maju yang dianggap lebih stabil. Akibatnya, nilai tukar rupiah berisiko tertekan karena meningkatnya capital outflow atau aliran modal keluar dari pasar domestik.
Ketika rupiah melemah, beban ekonomi Indonesia bisa semakin berat. Sebab, banyak komponen produksi di sektor industri masih bergantung pada impor.
Perang Iran Israel Ancam Kedamaian Dunia
Di sisi lain, Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6, juga memberikan komentarnya terhadap situasi yang sedang terjadi di Timur Tengah yang sudah “out of control” sehingga dunia benar-benar di ambang malapetaka.
“Masa sepan dunia, dari sisi perdamaian dan keamanan, ke depan ini akan ditentukan oleh 5 orang kuat. Yang pertama dan kedua adalah Benjamin Netanyahu dan Ali Khamenei. Sedangkan yang ketiga, keempat dan kelima (yang lebih kuat lagi) adalah Donal Trump, Vladimir Putin dan Xi Jinping.” tulis SBY di X-nya.
Beliau juga turut mendoakan agar kelima pemimpin dunia itu diberi kebijaksanaan oleh Allah, agar mampu berpikir tenang dan mengambil keputusan yang tepat. Ia mengingatkan bahwa banyak perang di dunia terjadi karena dorongan ego dan ambisi kekuasaan.
“Semoga kelima pemimpin tersebut oleh Tuhan diberikan kearifan jiwa dan kejernihan pikiran dalam mengambil keputusan dan tindakan. Jangan ada salah keputusan “miscalculation” (salah hitung). Kalau gegabah dan salah, akan menimbulkan kematian dan kehancuran yang dahsyat di banyak bangsa dan negara.” harap SBY.
Penutup
Melihat dinamika yang terjadi, pemerintah perlu bersikap sigap dan hati-hati dalam menghadapi dampak lanjutan dari perang Iran Israel. Stabilitas harga energi, nilai tukar rupiah, hingga daya beli masyarakat harus dijaga dengan strategi yang terukur.
Pandangan Sri Mulyani dan SBY menjadi pengingat bahwa konflik di satu wilayah bisa membawa efek besar ke seluruh dunia. Dalam situasi global yang tak pasti, kehati-hatian, diplomasi, dan kesiapan menghadapi risiko menjadi kunci menjaga ekonomi tetap bertahan.