berita
26 Desember 2025
Hore! RI–AS Sepakat Tarif Dagang, Ekspor Sawit hingga Kopi Aman Sentosa!
Negosiasi tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat akhirnya memasuki babak krusial. Setelah berbulan-bulan berjalan sejak April 2025, kedua negara sepakat menutup pembahasan substansi dalam perjanjian perdagangan resiprokal.
Pertemuan kunci ini berlangsung di Washington DC antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan United States Trade Representative Jamieson Greer pada Senin, 22 Desember 2025.
Hasilnya, Indonesia dan Amerika Serikat sepakat atas isi utama dokumen Agreements on Reciprocal Trade (ART), yang akan menjadi dasar hubungan dagang kedua negara ke depan.
“Prosesnya panjang, tapi pembahasan berjalan konstruktif. Kami berhasil menyepakati isu-isu strategis yang selama ini dibahas,” ujar Airlangga dalam konferensi pers belum lama ini. Lalu, apa saja poin penting dari kesepakatan ini?
1. Tinggal Tunggu Tanda Tangan Presiden
Indonesia dan AS menargetkan finalisasi dokumen ART pada pertengahan Januari 2026. Jika sesuai rencana, kesepakatan tersebut akan ditandatangani langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump pada akhir Januari 2026.
Saat ini, pihak AS tengah mengatur jadwal pertemuan kedua kepala negara untuk penandatanganan resmi.
2. AS Incar Akses Mineral Kritis Indonesia
Salah satu permintaan utama Amerika Serikat dalam negosiasi ini adalah akses terhadap mineral kritis Indonesia. Selain itu, AS juga mendorong Indonesia mempercepat deregulasi kebijakan yang dinilai masih menghambat arus perdagangan bilateral.
Sebagaimana dikutip dari CNBC pada Rabu (24/12/2025) isu ini sebelumnya sudah dibahas dalam joint statement Juli 2025, dan kini kembali ditegaskan dalam dokumen ART.
3. Sawit hingga Teh Bebas dari Tarif Tambahan
Kabar baik datang dari sektor ekspor. Amerika Serikat menyetujui pengecualian tarif bagi komoditas unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS, seperti minyak kelapa sawit, kopi, kakao, dan teh.
Baca juga: Wakwaw! AS Shutdown Bikin Ekonomi Bonyok, Indonesia OTW Panen Cuan?
Keputusan ini penting, mengingat tarif resiprokal sebelumnya sempat dipatok di level 32 persen, sebelum diturunkan menjadi 19 persen pada pertengahan 2025.
Menurut Airlangga, kesepakatan ini dicapai lewat pendekatan seimbang, dengan masing-masing pihak saling mengakomodasi kepentingan utama.
4. Angin Segar bagi Industri dan Tenaga Kerja
Pemerintah menilai kesepakatan ini akan berdampak langsung pada industri manufaktur nasional, khususnya sektor padat karya. Sekitar 5 juta pekerja disebut berpotensi diuntungkan, karena komoditas ekspor utama Indonesia terbebas dari tekanan tarif tambahan.
Bagi Indonesia, poin ini dinilai strategis untuk menjaga daya saing industri dan stabilitas lapangan kerja.
5. Disebut Hadiah dari AS
Jamieson Greer menyambut hasil perundingan ini dengan nada positif. Ia menyebut kesepakatan tersebut sebagai hadiah bagi hubungan dagang Indonesia dan Amerika Serikat, yang dinilai membawa manfaat bagi kedua pihak.
Tahap berikutnya, tim teknis RI–AS akan melanjutkan proses legal scrubbing dan penyempurnaan dokumen pada pekan kedua Januari 2026. Targetnya, seluruh dokumen ART sudah siap ditandatangani sebelum akhir Januari.
Baca juga: Nyesek! Trump Turunkan Tarif Impor Indonesia, Tapi Produk AS Masuk Bebas Biaya!
Kesepakatan tarif dagang Indonesia–Amerika Serikat menandai titik balik penting dalam hubungan perdagangan kedua negara. Dengan pengecualian tarif bagi komoditas unggulan, perlindungan industri padat karya, serta kepastian arah kebijakan ke depan, perjanjian ART memberi ruang pertumbuhan yang lebih stabil bagi sektor usaha nasional. Tantangan berikutnya bukan lagi pada negosiasi, melainkan kesiapan pelaku usaha dan industri dalam memanfaatkan momentum ini secara optimal.






