berita
13 Oktober 2025
Waduh! Bank Dunia Meramalkan Ekonomi Indonesia Melambat! Apa Artinya Bagi Masa Depan Kita?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tidak akan menembus 5% pada 2025. Prediksi ini disampaikan oleh Bank Dunia (World Bank) dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update terbaru yang menyebutkan bahwa laju ekonomi Indonesia kemungkinan hanya mencapai sekitar 4,8%. Angka tersebut berada di bawah target pemerintah yang optimistis menembus 5,3%.
Proyeksi ini menandakan adanya tantangan serius bagi perekonomian nasional di tengah tekanan global dan perlambatan konsumsi domestik.
Data dan Proyeksi Resmi dari Bank Dunia
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2025, Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama mencapai 4,9% secara tahunan. Angka ini menunjukkan daya tahan ekonomi nasional masih cukup kuat, namun belum cukup untuk mencapai ambang 5% seperti yang ditargetkan pemerintah.
Sementara itu, untuk periode 2025–2027, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berada di kisaran 4,8% per tahun.
Beberapa lembaga riset internasional seperti The Jakarta Post dan IDN Financials juga mengonfirmasi tren yang sama: pertumbuhan ekonomi Indonesia masih melambat dibandingkan negara tetangga seperti Filipina dan Vietnam, yang masing-masing tumbuh di atas 6%.
Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Belum Tembus 5%
Menurut analisis Bank Dunia dan para ekonom, ada beberapa faktor utama yang menahan laju ekonomi nasional:
- Konsumsi rumah tangga melemah.
Inflasi pangan dan energi yang meningkat membuat daya beli masyarakat turun. Akibatnya, kontribusi konsumsi terhadap PDB — yang selama ini mencapai 50–60% — ikut melambat.
- Investasi swasta belum pulih.
Banyak investor menunggu kejelasan arah kebijakan fiskal dan regulasi pascapemilu 2024 sebelum menanamkan modalnya kembali.
- Ekspor tertekan akibat harga komoditas.
Penurunan permintaan global untuk batu bara, nikel, dan minyak sawit membuat ekspor Indonesia melemah.
- Keterbatasan ruang fiskal pemerintah.
Meski ada upaya stimulus ekonomi, belanja negara masih dibatasi defisit dan kebutuhan pembiayaan yang meningkat.
Dampak Langsung bagi Masyarakat dan Dunia Usaha
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu membawa sejumlah konsekuensi yang perlu diwaspadai:
- Peluang kerja baru menurun, terutama di sektor industri dan perdagangan.
- Pendapatan masyarakat stagnan, sehingga meningkatkan risiko kemiskinan baru.
- Akses pembiayaan makin ketat, karena perbankan cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
- Pertumbuhan UMKM terhambat, terutama bagi usaha yang bergantung pada permintaan domestik.
Bank Indonesia memperkirakan, jika tren ini berlanjut tanpa perbaikan signifikan, pertumbuhan kredit nasional juga bisa turun ke kisaran 5–6% per tahun.
Harapan Masih Terbuka: Momentum Reformasi dan Investasi Produktif
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat, peluang untuk bangkit tetap besar.
Beberapa langkah strategis yang dapat mempercepat pemulihan antara lain:
- Mendorong investasi produktif dan berkeadilan.
Fokus pada sektor-sektor berorientasi nilai tambah seperti manufaktur, digital, dan energi hijau.
- Reformasi regulasi dan iklim usaha.
Mempercepat proses perizinan dan memberikan kepastian hukum bagi investor domestik maupun asing.
- Diversifikasi ekonomi nasional.
Mengurangi ketergantungan terhadap komoditas mentah dan memperkuat industri hilir di dalam negeri.
- Memperkuat pembiayaan berbasis syariah dan urun dana.
Sektor ini terbukti lebih tangguh karena berbasis bagi hasil, bukan bunga tetap, sehingga menekan risiko gagal bayar.