berita
10 Oktober 2025
Ironis! Pasar Baju Muslim Indonesia Rp289 Triliun, Tapi Mayoritas Made In China!
Pasar busana muslim Indonesia sedang tumbuh luar biasa. Nilainya kini diperkirakan mencapai US$20 miliar atau sekitar Rp289 triliun. Angka ini menegaskan posisi Indonesia sebagai ekonomi syariah terbesar ketiga dunia.
Namun, di balik geliat tersebut tersimpan ironi besar: hampir seluruh baju muslim yang beredar di pasar domestik ternyata merupakan baju muslim impor China. Industri fesyen lokal belum benar-benar menikmati kue besar dari pertumbuhan ekonomi syariah ini.
Dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival di JIExpo Jakarta, Selasa (8/10/2025), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa di sektor modest fashion atau busana muslim modern.
“Kita sudah nomor 3 di dunia. Kekuatan kita pada modern fashion. Di sektor pakaian muslim, konsumsinya mencapai US$20 miliar,” ujar Airlangga sebagaimana dikutip dari Bloomberg Tecnoz pada Jumat (10/10/2025).
Baca juga: Ironis! Bank Dunia Sebut Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8%, Tapi Cari Kerja Susah!
Sayangnya, potensi itu belum menjadi kekuatan nyata bagi industri dalam negeri. Sebagian besar baju muslim yang dijual di toko dan marketplace justru merupakan baju muslim impor China yang masuk melalui berbagai jalur distribusi.
Menteri Keuangan Purbaya Sadewa bahkan menyebut bahwa 99% produk busana muslim di Indonesia didominasi produk impor China.
“Saya sempat lihat fashion show, desainnya bagus-bagus. Tapi lucunya, 99% produk yang beredar di sini justru dari China,” katanya.
Penyebab Banyaknya Baju Muslim Impor China
Padahal, para desainer dan pelaku industri fesyen muslim lokal memiliki kreativitas tinggi. Banyak karya mereka yang sudah menembus pasar internasional. Namun, rantai pasok industri dalam negeri masih dikuasai barang jadi dari impor China ke Indonesia, termasuk bahan dan aksesori.
Akibatnya, meski desainer lokal punya kemampuan dan cita rasa tinggi, produk mereka kalah bersaing karena harga baju muslim impor China jauh lebih murah.
“Saya nggak akan ngasih pasar kita ke negara lain tanpa perlawanan,” tegas Purbaya.
Tren impor China ke Indonesia terus meningkat dalam satu dekade terakhir. Berdasarkan data perdagangan, sejak tahun 2015 Indonesia telah mengimpor tekstil dan produk tekstil (TPT) senilai US$7,98 miliar, dan melonjak menjadi US$10,02 miliar pada 2018.
Meski sempat turun pada masa pandemi, nilai impornya tetap tinggi. Sementara itu, ekspor TPT Indonesia justru menurun dari US$13,22 miliar (2019) menjadi US$10,55 miliar (2020).
Artinya, defisit perdagangan TPT semakin melebar, dan dominasi baju muslim impor China makin kuat di pasar lokal. Ekonom Senior INDEF Enny Sri Hartati menilai kondisi ini muncul bukan karena kualitas produk lokal kalah, melainkan akibat regulasi yang masih berpihak pada impor.
“Nilai ekspor relatif turun, tapi impor terus melonjak signifikan. Apalagi dari China, Thailand, dan Vietnam,” ujarnya dikutip dari Detik Finance.
Tiga Akar Masalah Dominasi Impor China ke Indonesia
Menurut Enny, ada tiga penyebab utama mengapa impor China mendominasi pasar pakaian Indonesia, termasuk busana muslim:
1. Pasar Domestik Terlalu Besar
Dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia menjadi target utama produsen tekstil global. China, sebagai eksportir TPT terbesar di dunia, menguasai lebih dari 31% pasar global, termasuk di segmen baju muslim impor China.
2. Regulasi yang Pro-Impor
Pemerintah memang telah menerapkan safeguard di industri hulu, tapi sektor hilir seperti garmen dan pakaian jadi dibiarkan terbuka. Akibatnya, barang jadi dari China masuk dengan tarif nol persen lewat skema perjanjian perdagangan bebas (FTA).
3. Investasi Hilir Lemah
Karena pasar dibanjiri produk murah impor, investor enggan menanam modal di industri hilir lokal. Padahal, sektor ini penting untuk menyerap tenaga kerja dan memperkuat rantai pasok IKM busana muslim nasional.
“Bonus demografi seharusnya dimanfaatkan untuk memperkuat industri dalam negeri, bukan memberi ruang lebih besar pada impor China,” kata Enny.
Langkah Pemerintah dan Harapan Ke Depan
Menanggapi hal tersebut, Purbaya Sadewa berjanji akan menekan impor ilegal dan memperkuat pengawasan terhadap baju muslim impor China yang masuk tanpa izin resmi.
Namun, langkah pengawasan saja tak cukup. Pemerintah perlu memperkuat perlindungan industri hilir, memberi insentif bahan baku lokal, dan memperluas akses pendanaan untuk IKM. Pendanaan berbasis syariah juga bisa menjadi solusi agar pelaku usaha bisa memperbesar kapasitas produksi tanpa jeratan riba.
Baca juga: Bocor! Indonesia Tsunami Impor Produk China, Harga Miring Pengusaha Kebanting!
Potensi pasar busana muslim senilai Rp289 triliun seharusnya menjadi motor kemandirian ekonomi umat. Tapi faktanya, sebagian besar keuntungan justru mengalir ke luar negeri melalui impor China ke Indonesia.
Jika kondisi ini terus dibiarkan, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi baju muslim impor China, bukan produsen utama di dunia. Sudah saatnya kebijakan industri fesyen diarahkan untuk melindungi IKM dan menghidupkan kembali kebanggaan pada produk lokal.
Karena sejatinya, mengenakan busana muslim buatan dalam negeri bukan hanya soal gaya, tapi juga soal kedaulatan ekonomi dan keberkahan.