berita
30 Desember 2025
Cek Ombak! Ini Prediksi Bisnis Hotel di Ekonomi Indonesia 2026 versi Pengusaha
Kalangan pengusaha hotel, ritel, dan jasa menilai ekonomi Indonesia 2026 belum akan menjadi tahun lonjakan pertumbuhan. Meski ada perbaikan tipis dibanding 2025, kondisi tersebut belum cukup kuat untuk mendorong ekspansi agresif. Di sektor yang sangat bergantung pada konsumsi, kehati-hatian masih menjadi sikap utama.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, Maulana Yusran, menilai ekonomi Indonesia 2026 belum akan menjadi tahun lonjakan pertumbuhan, khususnya bagi sektor berbasis konsumsi seperti hotel, ritel, dan jasa. Meski kondisi ekonomi diperkirakan membaik tipis dibanding 2025, tekanan daya beli dan ketidakpastian kebijakan masih menjadi faktor pembatas utama.
Pandangan ini mencerminkan sikap kehati-hatian yang juga dirasakan pengusaha di sektor ritel dan jasa. Di sektor-sektor tersebut, kinerja usaha sangat bergantung pada stabilitas konsumsi masyarakat. Ketika permintaan belum solid, ruang untuk ekspansi menjadi terbatas.
Beberapa faktor utama yang membuat pengusaha hotel, ritel, dan jasa masih menahan langkah pada pertumbuhan ekonomi 2026 antara lain:
1. Daya beli belum sepenuhnya pulih
Konsumen dinilai masih selektif dalam membelanjakan uangnya. Kunjungan pusat perbelanjaan, tingkat okupansi hotel, hingga permintaan jasa belum menunjukkan pola pertumbuhan yang konsisten. Kondisi ini membuat proyeksi pendapatan sepanjang 2026 cenderung konservatif.
Baca juga: Serem! BRIN Bocorin Sinyal “Badai Ekonomi” dalam Fenomena Rojali
2. Efisiensi anggaran pemerintah berdampak langsung
Bagi industri hotel dan jasa, belanja pemerintah daerah selama ini menjadi penopang penting melalui kegiatan dinas, rapat, dan penyelenggaraan event. Keberlanjutan kebijakan efisiensi anggaran, termasuk potensi pemangkasan transfer dana dari pusat ke daerah, dinilai berisiko menekan aktivitas tersebut.
3. Kuartal pertama menjadi penentu
Pengusaha ritel dan jasa menilai momentum awal tahun sangat krusial. Jika permintaan tidak terbangun sejak kuartal pertama, tekanan kinerja berpotensi berlanjut hingga paruh kedua tahun. Situasi ini mendorong pengusaha lebih fokus menjaga arus kas daripada membuka gerai atau kapasitas baru.
Sebagaimana dikutip dari CNBC pada Selasa (30/12/2025), kondisi tersebut menggambarkan tantangan struktural ekonomi Indonesia 2026 di sektor berbasis konsumsi. Pertumbuhan memang masih terjadi, tetapi tidak merata dan cenderung terbatas. Pada titik ini, entrepreneur visioner di sektor hotel, ritel, dan jasa dituntut lebih adaptif dalam mengelola operasional dan membaca perubahan perilaku konsumen.
Alih-alih mengejar ekspansi besar, strategi yang diambil banyak pengusaha adalah mengoptimalkan aset yang ada, meningkatkan efisiensi, dan mempertahankan segmen pasar yang masih aktif. Langkah ini dinilai lebih realistis untuk menjaga keberlangsungan usaha di tengah ketidakpastian.
Baca juga: Ngeri-Ngeri Sedap! 7 Dampak Defisit APBN 560 Triliun Bagi Pengusaha dan Investor
Kesimpulannya, pertumbuhan ekonomi 2026 bagi sektor hotel, ritel, dan jasa lebih dipandang sebagai fase konsolidasi. Fokus utama bukan pada percepatan ekspansi, tetapi pada ketahanan usaha sambil menunggu momentum konsumsi yang lebih kuat.






