berita
9 Oktober 2025
Ironis! Bank Dunia Sebut Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8%, Tapi Cari Kerja Susah!
Bank Dunia melalui laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2025 memberikan proyeksi terbaru terhadap ekonomi Indonesia. Meski pertumbuhan tahun ini diperkirakan masih positif di angka 4,8%, laporan tersebut menyoroti tantangan besar: cari kerja makin susah dan produktivitas yang stagnan.
Proyeksi Ekonomi Indonesia 2025
Dalam laporannya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,8% pada 2025 dan 2026. Angka ini sedikit meningkat dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,7% untuk tahun ini, tetapi stagnan di tahun berikutnya.
Kenaikan kecil ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih cukup kuat di tengah tekanan global. Namun, Bank Dunia memperingatkan adanya risiko perlambatan akibat kondisi ekonomi dunia yang tidak stabil.
“Perlambatan di belahan dunia lain memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik,” tulis laporan tersebut sebagaimana dikutip dari Detik Finance pada Kamis (9/10/2025).
Secara regional, pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan berada di level 4,8% pada 2025 dan turun menjadi 4,3% pada 2026. Angka itu menunjukkan bahwa ekonomi kawasan belum sepenuhnya pulih dari gejolak global.
Fokus Pemerintah Perlu Diarahkan pada Kualitas Belanja
Bank Dunia menekankan bahwa Indonesia tidak hanya perlu menjaga stabilitas fiskal, tetapi juga meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah.“Permasalahannya bukan pada besar kecilnya defisit, tetapi arah pengeluaran pemerintah,” tulis laporan tersebut.
Fokus saat ini masih banyak tertuju pada subsidi pangan, energi, dan transportasi yang memang penting untuk menjaga daya beli masyarakat, tetapi belum cukup mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Baca juga: Nah Loh! OECD Bocorin Ekonomi Indonesia Ga Nanjak, Stuck di Angka 4,9%!
Bank Dunia menilai, investasi produktif dan efisien jauh lebih penting untuk memperkuat struktur ekonomi Indonesia. Kebijakan fiskal yang berpihak pada peningkatan daya saing dan penciptaan lapangan kerja akan memberikan dampak ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Cari Kerja Makin Sulit, Terutama bagi Anak Muda
Bank Dunia secara khusus menyoroti persoalan pengangguran usia muda di Indonesia. Dalam laporan itu disebutkan bahwa Indonesia dan China termasuk negara dengan tingkat pengangguran anak muda tertinggi di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Tingkat pengangguran untuk usia 15–24 tahun di Indonesia hampir mencapai 15%, sementara di China bahkan sudah melampaui angka tersebut. “Kaum muda kesulitan mencari pekerjaan di Tiongkok, Indonesia, dan beberapa negara lain,” tulis laporan itu.
Selain itu, partisipasi angkatan kerja perempuan juga masih tergolong rendah. Banyak perempuan usia produktif yang belum masuk ke dunia kerja karena keterbatasan akses, budaya, dan kurangnya dukungan terhadap keseimbangan antara keluarga dan karier.
Fenomena cari kerja susah juga mendorong banyak tenaga kerja masuk ke sektor informal, seperti perdagangan ritel, konstruksi, dan jasa non-formal lainnya. Sektor ini menyerap banyak tenaga kerja, tetapi tidak menjamin penghasilan yang layak dan keamanan kerja.
Bank Dunia mencatat, sejak awal tahun 2000-an, pergerakan tenaga kerja Indonesia justru lebih banyak menuju sektor jasa berproduktivitas rendah, bukan lagi manufaktur yang sebelumnya menjadi penggerak utama ekonomi nasional.
Kondisi ini membuat peningkatan produktivitas nasional berjalan lambat, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pekerjaan.
Akibatnya, masyarakat kelas menengah menjadi lebih rentan terhadap kemiskinan dan inflasi yang terus meningkat.
Peringatan bagi Pemerintah dan Dunia Usaha
Bank Dunia memperingatkan bahwa tanpa peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja yang layak, pertumbuhan ekonomi yang ada hanya akan menjadi angka statistik tanpa dampak nyata bagi masyarakat.
“Meningkatkan produktivitas lapangan kerja sangat penting karena masih berada di bawah rata-rata global,” tulis laporan tersebut.
Upaya peningkatan produktivitas perlu dilakukan melalui pelatihan tenaga kerja, investasi teknologi, dan dukungan terhadap UMKM yang memiliki potensi tumbuh di sektor riil. Selain itu, sektor pendidikan vokasi dan pelatihan teknis harus mampu menyesuaikan kebutuhan industri modern agar tenaga kerja Indonesia bisa bersaing di pasar global.
Baca juga: Santuy! 10 Jurus Bisnis Hadapi Ekonomi Lesu, Banjir Cuan di Tengah ketidakpastian!
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,8% pada 2025 dan 2026 memang patut diapresiasi, tetapi angka tersebut bukan jaminan kemakmuran. Di balik stabilitas itu, masih ada masalah besar: lapangan kerja yang terbatas, pengangguran muda yang tinggi, dan produktivitas yang rendah.
Laporan Bank Dunia menjadi pengingat penting bahwa pertumbuhan ekonomi harus seimbang dengan penciptaan lapangan kerja yang adil dan produktif. Jika tidak, pertumbuhan hanya akan menjadi ilusi yang tidak dirasakan masyarakat.
Karena sejatinya, ekonomi yang kuat bukan hanya soal angka di grafik pertumbuhan, tetapi tentang bagaimana setiap warga punya kesempatan bekerja, berdaya, dan hidup sejahtera.