berita
13 November 2025
Waduh! 8 Modus Penipuan yang Bikin Masyarakat Kejebak Rugi Rp7,5 Triliun
Angka kerugian akibat penipuan digital di Indonesia kembali menciptakan gelombang kekhawatiran. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa total kerugian yang dilaporkan ke Indonesia Anti Scam Center (IASC) mencapai Rp7,5 triliun hanya dalam waktu kurang dari satu tahun. Data tersebut dihimpun sejak peluncuran IASC pada 22 November 2024 hingga 31 Oktober 2025.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menjelaskan bahwa IASC dibentuk sebagai wadah nasional untuk mengkoordinasikan pelaporan dan pemblokiran rekening terkait penipuan. Hingga periode tersebut, sebanyak 503.794 rekening telah dilaporkan dan 100.565 rekening berhasil diblokir. Total dana korban yang diblokir mencapai Rp383,6 miliar.
8 Modus Penipuan yang Bikin Banyak Orang Kejebak
Besarnya angka ini menunjukkan bahwa penipuan digital tidak lagi terjadi secara sporadis. Ia sudah menjadi fenomena yang terjadi setiap hari, menjangkiti pengguna pemula hingga masyarakat berpengalaman, dari perkotaan hingga pedesaan.
Karena itu, memahami pola dan modusnya menjadi langkah pertama untuk melindungi diri. Untuk memahami skalanya, berikut rangkuman modus-modus penipuan yang paling sering menjerat korban sebagaimana dikutip dari CNBC pada Kamis (13/11/2025).
1. Penipuan Belanja Online
Ini menjadi modus yang paling banyak menguras korban. Polanya sederhana. Korban sudah melakukan pembayaran, tetapi barang tidak pernah dikirim. Banyak korban tertipu oleh toko palsu, akun marketplace tiruan, dan iklan media sosial yang tampak meyakinkan. Modusnya terkesan remeh, tetapi jumlah kerugiannya sangat besar karena terjadi setiap hari dan menyasar pengguna baru.
Baca juga: Miris! Nasabah Pinjol Makin Sulit Gagal Bayar, Utangnya Tembus Rp90,99 Triliun!
2. Investasi Palsu
Modus investasi bodong selalu berkembang mengikuti tren. Penipu menawarkan imbal hasil tinggi, proses cepat, dan risiko nol. Korban tergiur oleh testimoni palsu, grafik manipulatif, dan endorsement dari akun media sosial palsu. Padahal entitasnya tidak memiliki izin atau bahkan tidak pernah terdaftar.
3. Penipuan Hadiah dan Undian
Iming-iming hadiah masih menjadi salah satu jebakan klasik. Korban menerima pesan bahwa mereka memenangkan undian, padahal tidak pernah mendaftar. Korban diarahkan mengisi data pribadi atau mentransfer sejumlah uang sebagai biaya administrasi. Modus ini sering mengincar masyarakat yang kurang terbiasa melakukan verifikasi informasi.
4. Akun Palsu di Media Sosial
Banyak masyarakat tertipu akun tiruan yang menggunakan identitas tokoh terkenal, brand besar, atau lembaga resmi. Korban percaya karena tampilan akun sangat mirip aslinya. Penipu memanfaatkannya untuk menawarkan pinjaman kilat, hadiah, donasi, hingga investasi fiktif.
5. Penipuan Lamaran Kerja
Pelaku berpura-pura menjadi HR perusahaan besar dan mengirimkan undangan rekrutmen lewat email atau WhatsApp. Korban diminta mengirimkan data pribadi hingga membayar biaya pelatihan atau administrasi. Banyak korban tertipu karena tampilannya sangat meyakinkan dan mengatasnamakan perusahaan ternama.
6. Pinjol Fiktif
Modus ini memanfaatkan kepanikan korban. Pelaku menghubungi korban dan menyatakan bahwa mereka memiliki pinjaman yang belum dibayar. Korban yang tidak memahami situasi bisa terintimidasi hingga akhirnya mentransfer sejumlah uang untuk menghindari ancaman.
7. Pengiriman File APK Lewat WhatsApp
Ini termasuk modus yang semakin sering digunakan. Korban menerima file dalam bentuk APK yang diklaim sebagai undangan, invoice, atau bukti transaksi. Begitu file dibuka, pelaku dapat mengambil alih perangkat korban dan mencuri data perbankan.
8. Love Scam
Modus ini memanfaatkan kedekatan emosional. Korban dijebak melalui hubungan romantis palsu. Pelaku kemudian meminta uang dengan alasan darurat atau menggunakan drama untuk menggugah empati korban. Ini adalah modus yang makin banyak memakan korban, terutama di aplikasi pertemanan.
Baca juga: Ninuninu! 7 Desakan Darurat Ekonomi untuk Prabowo, Jangan Tunggu Indonesia Bubar!
Kasus penipuan digital dapat menimpa siapa saja, tanpa memandang usia, pekerjaan, atau tingkat literasi teknologi. Para pelaku memanfaatkan celah psikologis, kelengahan, bahkan keramahtamahan masyarakat Indonesia untuk memperdaya korbannya. Karena itu, langkah paling penting adalah meningkatkan kewaspadaan.
Selalu tabayyun. Periksa ulang sebelum klik. Periksa ulang sebelum transfer. Dan jangan mudah percaya pada informasi yang terdengar terlalu indah untuk menjadi kenyataan.






