investasi
23 September 2025
Tungtung! Duel ROI vs IRR, Kupas Strategi Hitung Cuan Biar Invest Makin Tokcer!
Ketika ekonomi bergerak dinamis dan ketidakpastian makin terasa, investor butuh alat ukur yang tajam untuk menilai kelayakan sebuah investasi. Dua indikator yang jadi “senjata wajib” adalah Return on Investment (ROI) dan Internal Rate of Return (IRR).
Tanpa keduanya, keputusan investasi bisa seperti menembak dalam gelap yang tidak jelas arah dan risikonya. ROI memberi gambaran total keuntungan, sedangkan IRR menilai laju pertumbuhan tahunan secara lebih realistis.
Apa itu ROI?
ROI atau Return on Investment adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur efisiensi suatu investasi dengan menimbang keuntungan bersih yang diperoleh dibandingkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
ROI pada dasarnya melihat sejauh mana investasi yang ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Seperti yang dijelaskan oleh Irham Fahmi dalam Jerni Irnawati (2020), ROI adalah rasio yang menilai kemampuan investasi dalam menghasilkan profit relatif terhadap modal yang ditanamkan.
Baca juga: Gaspol! 5 Profil Risiko Investasi, Peta Jalan Biar Investasi Sampai Tujuan!
Lebih jauh, ROI juga dipandang sebagai ukuran kinerja untuk mengevaluasi efisiensi atau profitabilitas suatu investasi. Menurut Asosiasi Emiten Indonesia, ROI biasanya dinyatakan sebagai rasio atau persentase yang membandingkan keuntungan bersih dengan biaya investasi awal. ROI yang tinggi menunjukkan bahwa keuntungan melebihi biaya, sementara ROI yang rendah menandakan bahwa investasi mungkin tidak optimal.
Rumus ROI Beserta Contohnya
Secara praktis, ROI sering disebut juga dengan rate of return (ROR). Rumus ROI perhitungannya sederhana:
Contoh: Jika seorang investor menanamkan Rp20 miliar lalu nilai investasinya meningkat menjadi Rp30 miliar, maka ROI = ((30 – 20) ÷ 20) x 100 = 50%. Artinya investasi tersebut memberikan margin keuntungan 50%.
Apa Itu IRR?
Internal Rate of Return (IRR) adalah metode analisis keuangan untuk menilai kelayakan investasi. IRR didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang membuat nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV) dari seluruh arus kas sama dengan nol. Menurut Susanti Widhiastuti dkk. (2024), IRR menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dan sering digunakan untuk membandingkan profitabilitas proyek.
Sedangkan dikutip dari DJKN Kemenkeu, fungsi utama perhitungan IRR adalah untuk mengukur apakah suatu aset akan mengalami peningkatan nilai atau tidak. IRR juga bermanfaat untuk mengetahui laju pengembalian investasi sehingga kegiatan operasional dalam bentuk apa pun dapat dievaluasi tingkatannya dengan lebih akurat.
Rumus IRR dan Contohnya
Untuk memahami lebih dalam cara kerja IRR, kita perlu melihat bagaimana perhitungannya dilakukan. IRR tidak muncul begitu saja, tetapi dihitung melalui pendekatan interpolasi yang menghubungkan NPV positif dan negatif pada tingkat diskonto tertentu.
Keterangan:
- IRR = Internal Rate of Return
- i₁ = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
- i₂ = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
- NPV₁ = Net Present Value positif
- NPV₂ = Net Present Value negatif.
Baca juga: Jebret! 6 Investasi Halal Murah Meriah, Trik Gacor Bikin Pemula Auto Suhu!
Beberapa hal penting:
1. Dalam perhitungan IRR, NPV ditetapkan sama dengan nol.
2. Nilai investasi awal selalu negatif karena merupakan arus kas keluar.
3. Arus kas berikutnya bisa positif (penerimaan) atau negatif (tambahan modal).
4. IRR umumnya tidak bisa dihitung langsung secara analitis, melainkan melalui pendekatan trial-and-error atau bantuan software.
Contoh Perhitungan IRR
Misalkan sebuah proyek membutuhkan investasi awal sebesar Rp100 juta dan diproyeksikan menghasilkan arus kas Rp30 juta per tahun selama 5 tahun. Dengan dua tingkat diskonto:
1. Pada i₁ = 8%, diperoleh NPV₁ = +Rp10 juta
2. Pada i₂ = 12%, diperoleh NPV₂ = –Rp5 juta
Maka, nilai IRR dapat dihitung dengan:
Artinya, proyek ini memiliki tingkat pengembalian sekitar 10,67% per tahun. Jika cost of capital perusahaan di bawah angka tersebut, maka proyek layak dilanjutkan.
ROI vs IRR: Dua Alat Ukur yang Berbeda Tapi Saling Melengkapi
Meskipun sama-sama dipakai untuk menilai kelayakan investasi, ROI dan IRR memiliki fokus yang berbeda. Berikut ini sejumlah perbedaan dari ROI vs IRR:
1. Beda Perhitungan Keuntungan
ROI menghitung keuntungan dengan cara membandingkan selisih nilai investasi awal dan nilai akhir, lalu dinyatakan dalam persentase. IRR tidak sesederhana itu, ia memperhitungkan arus kas tiap periode hingga menghasilkan tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol.
2. Faktor Waktu dalam Analisis
ROI tidak memperhitungkan unsur waktu, sehingga hasilnya bisa menyesatkan jika investasi berjalan panjang. IRR justru memasukkan waktu sebagai faktor utama, sehingga mampu menggambarkan laju pertumbuhan tahunan yang lebih realistis.
3. Kemudahan vs Kompleksitas
Rumus ROI relatif sederhana dan bisa dihitung manual dengan cepat. Sementara IRR membutuhkan perhitungan trial-and-error atau software keuangan, karena melibatkan arus kas berbeda tiap periode.
Baca juga: Edankeun! 5 Kiat Kupas Emiten via Prospektus, Modal Tipis Cuan Manis!
4. Kapan Digunakan?
ROI cocok dipakai untuk gambaran singkat seberapa besar margin keuntungan yang diperoleh. IRR lebih pas digunakan untuk analisis mendalam, terutama saat membandingkan beberapa proyek investasi dengan jangka waktu dan arus kas berbeda.
Investasi bukan asal ikut tren, tapi harus jelas, aman, dan halal. Di LBS Urun Dana, semua investasi dijalankan sesuai prinsip syariah, berizin OJK, dan dibimbing langsung oleh Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, MA. Lebih dari 12 ribu investor sudah bergabung dan merasakan manfaatnya. Kini giliran Anda, yuk mulai investasi halal bersama LBS Urun Dana!