artikel
19 Desember 2025
Top! 5 Contoh Kepemimpinan Umair bin Sa’ad, Sahabat Nabi ﷺ & Gubernur Merakyat
Di antara sahabat Nabi Muhammad ﷺ, ada nama-nama besar yang sering disebut dalam sejarah. Namun ada pula sosok yang jarang dibicarakan, meski kualitas iman dan integritasnya begitu tinggi. Salah satunya adalah Umair bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat dari kalangan Anshar yang dikenal karena kejujuran, kezuhudan, dan kepemimpinannya yang bersih.
Bahkan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata bahwa ia berharap memiliki lebih banyak orang seperti Umair untuk mengurus urusan kaum muslimin. Pernyataan ini saja sudah cukup menggambarkan betapa istimewanya kisah Umair bin Sa’ad.
Kelahiran Umair bin Sa’ad
Umair bin Sa’ad berasal dari kalangan Anshar Madinah. Nama lengkapnya adalah Umair bin Sa’ad bin Ubaid bin Nu’man bin Qais bin Amr bin Auf al-Anshari. Ia lahir dan tumbuh di Madinah, jauh sebelum hijrah Nabi ﷺ.
Ayah kandungnya wafat ketika Umair masih kecil, sehingga ia tumbuh sebagai anak yatim. Ibunya kemudian menikah dengan seorang lelaki kaya dari Madinah bernama Julas bin Suwaid, yang kelak memainkan peran penting dalam salah satu peristiwa besar dalam kehidupan Umair.
Keislaman Umair bin Sa’ad
Kisah Umair bin Sa’ad bermula saat beliau memeluk Islam di usia yang sangat muda, sekitar 10 tahun, ketika dakwah Islam mulai tersebar luas di Madinah melalui para sahabat Nabi ﷺ, diantaranya Mush'ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu. Keislamannya di usia belia menjadi keutamaan tersendiri, karena iman telah tertanam kuat sejak masa kanak-kanak.
Salah satu ujian terbesar keimanan Umair terjadi ketika ia berusia sekitar 14 tahun. Ia mendengar ayah tirinya, Julas bin Suwaid, mengucapkan kalimat yang menghina Nabi Muhammad ﷺ. Meski Julas adalah orang yang membesarkannya dan membiayai kehidupannya, Umair tidak ragu untuk mendahulukan kebenaran.
Baca juga: Terharu! Kisah Khabbab bin Al-Arat, Sahabat yang Teguh Meski Dihujani Siksaan
Ia melaporkan peristiwa tersebut kepada Nabi ﷺ. Ketika Julas mengingkari ucapannya dan bersumpah dusta, Allah ﷻ menurunkan Surah At-Taubah ayat 74 yang membenarkan kesaksian Umair dan membuka kedok kemunafikan Julas. Peristiwa ini menjadi bukti kekokohan iman Umair sejak usia muda.
Kepemimpinan Umair bin Sa’ad
Kepemimpinan Umair bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu sering dijadikan rujukan karena berdiri di atas iman, keteguhan prinsip, dan keteladanan nyata. Berikut beberapa sisi penting kepemimpinan beliau.
1. Dipercaya Memimpin Wilayah yang Sulit dan Kritis
Umair ditunjuk sebagai gubernur Hims (Syam) pada masa Khalifah Umar bin Khattab sekitar 17–18 H. Wilayah ini dikenal keras, kritis, dan sering mempermasalahkan pemimpinnya. Bahkan sebelum Umair, tercatat beberapa gubernur diganti karena tidak mampu menghadapi tekanan masyarakat.
2. Menolak Jabatan, tapi Taat pada Amanah
Ketika Umar menunjuknya sebagai gubernur, Umair tidak langsung menerima. Ia lebih memilih berjihad di medan perang daripada memegang jabatan administratif. Namun karena perintah tersebut merupakan amanah khalifah, ia akhirnya menerima dengan penuh tanggung jawab, bukan karena ambisi kekuasaan.
3. Memimpin dengan Hidup Sederhana
Selama menjabat, Umair hidup seperti rakyat biasa. Ia tidak membangun jarak sosial, tidak menikmati fasilitas khusus, dan tidak menjadikan rumahnya tertutup dari masyarakat. Kesederhanaan ini membuatnya sulit dipermainkan dan dihormati oleh rakyat.
4. Tegas Menegakkan Keadilan Tanpa Mencari Popularitas
Umair dikenal tidak takut tidak disukai. Ia memutuskan perkara berdasarkan kebenaran, bukan tekanan publik. Prinsip ini justru membuat masyarakat Hims akhirnya berhenti menguji dan mempermainkan pemimpinnya.
5. Keteladanan sebagai Sumber Wibawa
Apa yang ia nasihatkan kepada rakyat, ia lakukan lebih dulu. Ia rajin beribadah, menjaga amanah harta negara, dan hidup zuhud. Karena itulah perkataannya berpengaruh dan kepemimpinannya diterima tanpa paksaan.
Kepemimpinan Umair bin Sa’ad menunjukkan bahwa pemimpin yang jujur, konsisten, dan takut kepada Allah ﷻ mampu memimpin wilayah tersulit sekalipun tanpa harus berkompromi dengan kebenaran.
Akhir Hayat Umair bin Sa’ad
Umair bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu wafat pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, sekitar akhir masa pemerintahan beliau (sekitar 20–23 H). Ia meninggal dalam keadaan sangat sederhana dan disalatkan langsung oleh Umar bin Khattab, lalu dimakamkan di Baqi’ al-Gharqad, Madinah.
Meski tidak meninggalkan harta, Umair meninggalkan teladan keimanan, kejujuran, dan kepemimpinan yang bersih dari ambisi dunia. Para sahabat pun memujinya. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma menyatakan bahwa ia tidak mengetahui sahabat yang lebih utama daripada Umair bin Sa’ad dalam ketakwaan dan amal. Ia juga dikenal sebagai salah satu tokoh zuhud terbesar dari kalangan Anshar, sejajar dengan Abu Darda dan Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhum.
Baca juga: Totalitas! Kisah Anas bin Malik, Pelayan Rasulullah ﷺ Pembawa Cahaya Umat
Umair bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu adalah contoh nyata bahwa kemuliaan seorang hamba tidak diukur dari ketenaran atau kekuasaan, melainkan dari keteguhan iman, kejujuran, dan amanah dalam setiap peran yang diemban.
Sejak usia muda ia memilih kebenaran meski berisiko, dan ketika memegang amanah kepemimpinan, ia menjalaninya dengan kezuhudan, keadilan, serta keteladanan tanpa ambisi dunia. Hidupnya yang sederhana, kepemimpinannya yang bersih, dan wafatnya tanpa meninggalkan harta menjadikan Umair sebagai sosok sahabat yang layak dikenang dan diteladani sepanjang masa. Wallahu a‘lam bishawab.






