artikel
22 September 2025
Santuy! 10 Jurus Bisnis Hadapi Ekonomi Lesu, Banjir Cuan di Tengah ketidakpastian!
Indonesia sedang menghadapi kenyataan pahit: perlambatan ekonomi kian terasa nyata. Angka-angka makroekonomi menunjukkan tren melemah, sementara sektor usaha merasakan langsung dampaknya.
Dalam situasi seperti ini, dunia usaha butuh strategi baru, termasuk akses pada sumber pendanaan yang aman, transparan, dan sesuai syariah agar tetap bisa bertahan. Pendanaan syariah tidak hanya memberi ruang usaha untuk tetap berputar, tetapi juga menjadi instrumen penting menjaga keadilan dan keberkahan dalam aktivitas ekonomi.
Fakta Miris Perlambatan Ekonomi Indonesia
Sinyal perlambatan ekonomi Indonesia semakin sulit dibantah. Dalam sebulan terakhir, sederet indikator kompak menunjukkan tren melemah. PMI manufaktur kembali kontraksi di level 47,4 pada Mei 2025, menjadi yang kedua kalinya dalam dua bulan beruntun sejak Agustus 2021. Deflasi juga berulang, tercatat minus 0,37 persen pada Mei sehingga inflasi tahunan hanya 1,60 persen.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 pun hanya mencapai 4,87 persen, terendah sejak masa pandemi Covid-19 gelombang Delta. Surplus neraca dagang yang dulu jadi penopang juga menyusut drastis hingga hanya tersisa 150 juta dolar AS, terendah dalam 60 bulan terakhir. Sebagaimana dikutip dari CNBC, ekspor turun tajam dari 23,35 miliar dolar AS pada Maret menjadi 20,74 miliar dolar AS di April, membuat devisa dan penerimaan negara ikut tertekan.
Baca juga: Makjleb! 4 Pengaruh Rupiah Melemah Bagi UMKM, Harga Naik Konsumen Nyungsep!
Tekanan ini makin nyata di lapangan, terutama sektor ketenagakerjaan. PHK massal terus bergulir dengan lebih dari 73 ribu pekerja kehilangan pekerjaan hanya dalam tiga bulan pertama 2025, melanjutkan tren tahun 2024 yang mencatat lebih dari 257 ribu korban. Akibatnya jumlah pengangguran per Februari 2025 naik menjadi 7,28 juta orang.
Lonjakan pengangguran membuat daya beli melemah, konsumsi tersendat, dan produktivitas merosot. Semua ini menggambarkan sebuah bola salju perlambatan ekonomi yang kian membesar dan siap menabrak fondasi perekonomian nasional jika tidak segera diantisipasi dengan langkah nyata.
Ekonomi Lesu, Dagangan Gak Laku
Saat ekonomi melambat, dampaknya cepat terasa di lapangan. Dagangan sepi, pabrik mengurangi produksi, dan pengusaha terpaksa memutar otak untuk bertahan. Sebagaimana dikutip dari laman resmi FEB Unesa inilah lima dampak perlambatan ekonomi yang paling terasa bagi dunia usaha.
1. Peningkatan Pengangguran
Perlambatan ekonomi biasanya diiringi gelombang PHK. Semakin banyak pekerja kehilangan pekerjaan, semakin tinggi angka pengangguran. Situasi ini menekan perekonomian karena jumlah orang yang bisa berbelanja berkurang drastis. Pada puncak pandemi COVID-19 tahun 2020 misalnya, tingkat pengangguran global melonjak tajam akibat penutupan bisnis dan pembatasan aktivitas ekonomi.
2. Penurunan Daya Beli Masyarakat
PHK yang meluas membuat pendapatan rumah tangga ikut tergerus. Daya beli masyarakat melemah, konsumsi menurun, dan akhirnya bisnis ikut terpukul. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memicu lingkaran resesi yang makin dalam karena utang rumah tangga, pendapatan, dan konsumsi memiliki hubungan yang erat.
3. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi rumah tangga adalah motor utama perekonomian Indonesia. Ketika konsumsi melemah, agregat permintaan turun dan pertumbuhan ekonomi pun ikut melambat. Dampaknya langsung dirasakan pengusaha karena produksi menurun, investasi tertahan, dan ekspansi bisnis terhambat
4. Tekanan terhadap Arus Kas dan Profitabilitas
Berkurangnya permintaan membuat penjualan turun, sementara biaya operasional tetap berjalan. Hal ini menekan arus kas dan margin keuntungan pengusaha. Banyak perusahaan terpaksa menunda ekspansi, mengurangi tenaga kerja, atau mencari pembiayaan tambahan hanya untuk bertahan.
Baca juga: Daya Beli Anjlok! Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk?
5. Ketidakpastian Investasi dan Perluasan Usaha
Perlambatan ekonomi menciptakan suasana penuh ketidakpastian. Investor menjadi lebih hati-hati, lembaga keuangan mengetatkan kredit, dan pengusaha enggan melakukan ekspansi. Akibatnya, peluang pertumbuhan bisnis terhambat dan sektor usaha semakin sulit keluar dari perlambatan yang sedang terjadi.
10 Strategi Usaha di Tengah Ketidakpastian
Ekonomi yang melambat membuat banyak pengusaha harus berpikir lebih praktis. Tidak ada lagi ruang untuk strategi muluk, yang dibutuhkan adalah langkah nyata agar usaha bisa tetap jalan. Berikut lima taktik yang bisa ditempuh:
1. Diversifikasi Produk dan Pasar
Jangan hanya bergantung pada satu sumber pendapatan. Produsen tekstil yang kehilangan pasar ekspor bisa mengalihkan sebagian produknya ke pasar lokal melalui platform digital sehingga penjualan tetap berjalan.
2. Digitalisasi Proses Bisnis
Gunakan sistem ERP berbasis cloud untuk memantau stok, produksi, dan keuangan secara real-time. E-commerce dan media sosial juga bisa jadi jalur pemasaran efektif dengan biaya minim.
3. Jaga Hubungan dengan Investor dan Pelanggan
Kepercayaan adalah aset terbesar. Laporan yang transparan, komunikasi terbuka, dan konsistensi menjaga kualitas produk akan membuat bisnis tetap dipercaya meski situasi berat.
4. Optimalisasi SDM dan Reskilling
PHK bukan satu-satunya opsi. Program rotasi kerja, cuti bersyarat, atau pelatihan ulang bisa menjaga produktivitas. Reskilling juga memperkuat daya saing di masa depan, contohnya industri otomotif yang menyiapkan karyawan untuk sektor kendaraan listrik.
5. Kolaborasi dan Inovasi Model Bisnis
Bermitra dengan startup teknologi atau asosiasi industri dapat membuka akses modal kerja dan inovasi. Model subscription, pay-per-use, hingga sharing economy seperti gudang bersama membantu menekan biaya tetap.
6. Amankan Modal Kerja
Modal kerja adalah bahan bakar utama bisnis. Saat penjualan melambat, penting bagi pengusaha mencari alternatif sumber dana agar roda usaha tetap berputar.
7. Perkuat Likuiditas dan Negosiasi Keuangan
Alih-alih ekspansi besar-besaran, fokuslah pada likuiditas. Tunda pengeluaran modal yang tidak mendesak dan negosiasikan ulang syarat pembiayaan dengan bank untuk memberi ruang bernapas.
8. Atur Ulang Arus Kas Harian
Pisahkan biaya pokok dengan pengeluaran tambahan yang bisa ditunda. Dengan disiplin mengatur arus kas, usaha bisa tetap bertahan meski pendapatan menurun.
9. Tingkatkan Efisiensi Operasional
Cari cara untuk memangkas biaya tanpa mengorbankan kualitas. Mulai dari efisiensi energi, renegosiasi kontrak pemasok, hingga penggunaan teknologi sederhana yang bisa menekan ongkos produksi.
10. Pendanaan Syariah Demi Keberkahan Usaha
Di tengah badai perlambatan ekonomi, pendanaan syariah bisa menjadi solusi utama. Melalui skema securities crowdfunding, pengusaha dapat menghimpun modal kerja dari banyak investor dengan cara yang transparan dan diawasi OJK.
Instrumen seperti sukuk dan saham juga dapat dimanfaatkan untuk membiayai ekspansi atau menjaga arus kas tetap stabil. Pendanaan syariah bukan hanya memberikan akses modal, tetapi juga memastikan setiap transaksi sesuai syariat, amanah, dan berkah bagi pengusaha maupun investor.
Baca juga: Riba Ribet! Ini Perbandingan Pinjaman Bank vs Pendanaan Syariah
Perlambatan ekonomi bukan akhir dari langkah, justru bisa jadi peluang bagi pengusaha yang berani bergerak. Dengan pendanaan syariah di LBS Urun Dana, Anda bisa mengakses modal kerja hingga Rp10 miliar melalui skema securities crowdfunding, baik lewat sukuk maupun saham. Jangan biarkan tantangan membuat usaha terhenti jadikan momentum ini batu loncatan. Ajukan pendanaan sekarang!






