berita
15 Oktober 2025
NinuNinu! 7 Penyebab IHSG Anjlok, Dompet Investor Lemas Bursa Waswas!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba terperosok dalam di penutupan perdagangan Selasa, 14 Oktober 2025. Pelemahan bahkan terjadi tak lama setelah pembukaan perdagangan sekitar pukul 10.22 WIB, ketika indeks melemah 0,39% ke level 8.194,77. Kemudian pada sesi perdagangan kedua, IHSG sempat rontok lebih dalam hingga ke level 7.974,03 atau melemah 3%.
Dikutip dari DetikFinance pada Rabu (15/10/2025), kondisi ini sontak membuat pelaku pasar waspada. Setelah beberapa pekan reli panjang dan mencetak rekor baru, saham IHSG anjlok mendadak menjadi sinyal kehati-hatian bagi investor di pasar modal Indonesia.
Lalu apa penyebab utama penurunan ini, dan bagaimana seharusnya investor syariah menyikapinya? Berikut tujuh penyebab IHSG hari ini melemah serta pelajaran yang bisa diambil agar tetap bijak di tengah gejolak pasar.
1. Defisit APBN yang Melebar
Salah satu pemicu utama saham IHSG anjlok adalah kekhawatiran terhadap kondisi fiskal domestik. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang melebar menimbulkan kekhawatiran pasar mengenai tekanan fiskal pemerintah.
Ketika defisit meningkat, pasar cenderung memperkirakan bahwa pemerintah akan lebih agresif menerbitkan surat utang. Hal ini bisa mengalihkan minat investor dari pasar saham menuju obligasi, terutama karena yield surat utang pemerintah saat ini masih menarik.
Dalam perspektif keuangan syariah, situasi seperti ini menjadi pengingat agar investor tidak terjebak pada euforia jangka pendek. Pasar yang tertekan akibat kebijakan fiskal menuntut sikap sabar, analitis, dan berhati-hati dalam memilih emiten.
2. Aksi Profit Taking Setelah IHSG Mencetak Rekor
Faktor teknikal juga berperan besar dalam pelemahan IHSG hari ini. Setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di atas 8.200, banyak investor mengambil posisi aman dengan melakukan profit taking.
Menurut pengamat pasar modal Indonesia, Reydi Octa, aksi ambil untung ini wajar karena IHSG sudah berada di zona overbought atau jenuh beli. Ditambah lagi, investor asing dalam dua minggu terakhir terus mencatatkan net sell yang menambah tekanan jual.
Baca juga: Serem! IHSG Ambruk 2,04%, Investor Panik Usai Ojol Ditabrak Mobil Polisi?
Dalam prinsip investasi syariah, profit taking sah-sah saja selama tidak dilakukan secara spekulatif. Artinya, keputusan menjual sebaiknya didasarkan pada analisis dan niat menjaga portofolio tetap sehat, bukan sekadar takut kehilangan momentum.
3. Tensi Geopolitik Global Meningkat
Ketegangan geopolitik global juga menjadi penyebab penting mengapa saham IHSG anjlok cukup tajam. Konflik di Timur Tengah dan wacana perang dagang baru antara Amerika Serikat dan China membuat sentimen pasar global melemah. Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menyebut meningkatnya tensi geopolitik memicu risk-off sentiment di kalangan investor global.
Banyak pelaku pasar memilih keluar dari aset berisiko seperti saham dan beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi pemerintah AS. Bagi investor syariah, kondisi ini menjadi ujian kesabaran. Prinsip kehati-hatian atau al-tatsabbut mengajarkan agar keputusan investasi tidak diambil tergesa-gesa, melainkan dengan pertimbangan matang terhadap risiko global yang sedang terjadi.
4. Dampak Data Inflasi dan Wacana Tarif Impor Baru di AS
Dari sisi global, arah ekonomi Amerika Serikat juga turut mengguncang pasar. Data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi menimbulkan kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Selain itu, muncul wacana baru terkait kenaikan tarif impor terhadap produk asal China. Wacana ini menimbulkan kekhawatiran terjadinya perang dagang jilid dua yang bisa memperlambat pemulihan ekonomi global. Ketika pasar global berada dalam ketidakpastian, investor institusi besar cenderung menunggu (wait and see). Akibatnya, arus modal asing ke pasar negara berkembang seperti Indonesia ikut menurun.
Bagi investor syariah, situasi seperti ini adalah momentum untuk meninjau ulang portofolio. Fokuskan investasi pada emiten dengan fundamental kuat dan usaha yang halal, bukan pada pergerakan jangka pendek.
5. Tekanan Serentak di Bursa Asia
Pelemahan IHSG hari ini juga sejalan dengan kinerja bursa Asia yang kompak terkoreksi. Nikkei 225 di Jepang turun 2,82 persen ke level 46.731, Hang Seng Index di Hong Kong melemah 1,73 persen, dan Shanghai Composite Index juga turun 0,62 persen.
Fenomena ini menunjukkan bahwa penurunan IHSG bukan disebabkan faktor lokal semata, melainkan bagian dari tren pelemahan regional.
Pasar yang bergerak bersama seperti ini umumnya menandakan terjadinya risk-off mode global. Artinya, investor di seluruh dunia sedang menghindari risiko. Dalam konteks ini, investor syariah perlu melihat koreksi sebagai fase alami pasar, bukan sebagai bencana.
6. Saham Konglomerasi Jadi Penekan Utama
Selain faktor makro, saham-saham berkapitalisasi besar (big cap) juga ikut menekan pergerakan IHSG. Beberapa saham konglomerasi yang memiliki bobot besar di indeks mengalami penurunan tajam. Ketika saham-saham unggulan ini jatuh, efek domino langsung terasa di seluruh indeks.
Namun bagi investor yang berpandangan jangka panjang, justru di sinilah peluang muncul. Saham yang memiliki nilai intrinsik kuat, namun sedang terkoreksi karena faktor teknikal, bisa menjadi titik masuk menarik selama bisnisnya halal, produktif, dan berpotensi tumbuh.
7. Koreksi Sehat Setelah Reli Panjang
Sebagian analis menilai, saham IHSG anjlok kali ini bukan sinyal tren bearish permanen, melainkan fase konsolidasi yang sehat. Muhammad Wafi memprediksi bahwa IHSG akan mencari level support kuat di kisaran 7.900 hingga 7.950 sebelum berpotensi rebound kembali.
Jika kabar positif datang dari The Fed atau data makroekonomi Indonesia membaik, peluang pemulihan terbuka lebar. Dalam prinsip keuangan Islam, kesabaran (sabr) dan perencanaan (tadbir) adalah kunci menghadapi kondisi seperti ini. Investor yang sabar dan fokus pada nilai jangka panjang justru bisa mendapatkan hasil yang lebih berkah ketika pasar kembali stabil.
Baca juga: Kalem! Demo Bikin IHSG Anjlok, Pemerintah Minta Investor Tetap Tenang!
Pasar saham adalah cerminan dari ekspektasi dan emosi kolektif investor. Naik turunnya indeks tidak selalu mencerminkan kondisi ekonomi sesungguhnya. Oleh karena itu, IHSG hari ini yang sedang turun tidak perlu ditanggapi dengan kepanikan. Sebaliknya, jadikan momen ini sebagai waktu untuk meninjau strategi investasi, memperkuat fondasi finansial, dan memperbanyak literasi pasar modal syariah.
Bagi investor syariah, setiap gejolak pasar adalah kesempatan untuk berintrospeksi. Pastikan dana yang diinvestasikan berasal dari sumber halal, dan ditempatkan pada usaha yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat. Koreksi pasar bukan akhir dari perjalanan, melainkan fase menuju kestabilan baru. Tetap tenang, tetap syariah, dan terus belajar memahami arah ekonomi dengan jernih.