berita
17 September 2025
Siap Grak! Prabowo Rombak RKP 2025, Ganti Target Ekonomi, Kurs Rupiah Diperluas!
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto resmi memperbarui Rencana Kerja Pemerintah atau RKP 2025. Perubahan ini ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2025 yang diundangkan pada 30 Juni dan baru dipublikasikan pada pertengahan September.
RKP adalah Rencana Kerja Pemerintah, semacam buku panduan tahunan yang berisi target pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah, serta arah kebijakan pembangunan. Dikutip dari CNBC pada Rabu (17/9/2025), jadi, bukan hanya dokumen administratif, melainkan peta jalan ekonomi yang langsung mempengaruhi masyarakat, pelaku usaha, hingga investor.
Baca juga: Ninuninu! 7 Desakan Darurat Ekonomi untuk Prabowo, Jangan Tunggu Indonesia Bubar!
Sebelumnya, berdasarkan Perpres 109 Tahun 2024, target pertumbuhan ekonomi ditetapkan di kisaran 5,3 sampai 5,6 persen. Inflasi dipatok 2,5 persen plus minus 1 persen, sementara nilai tukar rupiah berada di rentang Rp15.300 sampai Rp15.900 per dolar Amerika Serikat.
Namun pada pembaruan terbaru tepatnya dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2025, pertumbuhan ekonomi ditetapkan 5,3 persen, inflasi tetap dijaga 2,5 persen plus minus 1 persen, dan kurs rupiah diperlebar menjadi Rp16.000 hingga Rp16.900 per dolar. Berikut rincian lengkapnya:
RKP 2025 Beda Sama Proyeksi Kemenkeu
Menariknya, angka-angka dalam RKP 2025 ini berbeda dengan proyeksi Kementerian Keuangan yang disampaikan ke DPR. Pemerintah lewat Kemenkeu memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 hanya akan berada di kisaran 4,7 sampai 5 persen, inflasi diproyeksikan 2,2 hingga 2,6 persen, dan kurs rupiah di Rp16.300 sampai Rp16.800 per dolar AS.
Perbedaan tersebut mencerminkan bahwa di satu sisi pemerintah tetap menjaga optimisme melalui RKP, sementara di sisi lain tetap berhitung realistis dalam penyusunan APBN. Kurs rupiah yang dipatok lebih lebar ini pada dasarnya adalah langkah antisipatif terhadap ketidakpastian global.
Dampak RKP 2025 Terhadap Ekonomi Nasional
Bagi masyarakat, pelemahan rupiah dapat mempengaruhi harga barang impor mulai dari bahan baku industri hingga kebutuhan konsumtif, sementara bagi eksportir kondisi ini justru bisa memberi peluang karena produk mereka lebih murah di pasar luar negeri.
Stabilitas inflasi di angka 2,5 persen diharapkan menjadi penopang daya beli, dan target pertumbuhan 5,3 persen menjadi sinyal bahwa pemerintah masih berkomitmen menjaga arah pembangunan.
Baca juga: Edan Tenan! Bedah Paket Ekonomi 8+4+5 Prabowo, Jurus Sakti atau Omon-Omon Aja?
Meski demikian, tantangan tetap ada. Pelemahan rupiah berpotensi menekan harga impor, sementara volatilitas pasar menuntut strategi investasi yang hati-hati. Di tengah kondisi ini, investasi syariah menawarkan pilihan aman dan berkah.
Melalui LBS Urun Dana, Anda bisa menumbuhkan aset dengan cara halal, transparan, dan diawasi OJK sebuah langkah nyata untuk menghadapi tantangan sekaligus meraih peluang. Investasi sekarang!