berita
27 Agustus 2025
Wadaw! Ternyata Ini Penyebab Harga Beras Medium Naik Ugal-Ugalan!
Harga beras kembali menjadi perbincangan hangat. Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi menaikkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium menjadi Rp 13.500 per kilogram. Keputusan ini berlaku mulai 22 Agustus 2025 sesuai Keputusan Kepala Badan (Kepbadan) Nomor 299 Tahun 2025.
Kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, langkah ini dinilai perlu untuk menjaga produksi beras agar tidak berhenti. Namun di sisi lain, masyarakat harus menghadapi beban baru karena harga beras naik cukup signifikan.
Kenapa Harga Beras Naik?
Pertanyaan utama publik adalah: mengapa harga beras naik, padahal pemerintah mengklaim stok beras nasional aman bahkan mencapai rekor tertinggi?
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, menjelaskan bahwa penyesuaian HET ini tidak bisa dihindari. Salah satu alasan terbesarnya adalah kenaikan harga gabah kering giling (GKP) di tingkat petani.
Sebelumnya, HET beras medium hanya Rp 12.500/kg. Namun dengan harga gabah yang sudah menyentuh Rp 7.500–8.000/kg, penggilingan padi kesulitan berproduksi karena biaya produksi lebih tinggi dari harga jual.
Baca juga: Mantul! 18 Juta Warga Terima Bansos Beras, Dapat 20 Kg Bebas Ribet!
“Kalau tidak ada penyesuaian, penggilingan pasti berhenti produksi. Harga gabah terlalu tinggi sementara HET lama tidak realistis,” kata Astawa sebagaimana dikutip dari Detik Finance pada Rabu (27/8/2025).
Artinya, harga beras medium hari ini bukan hanya dipengaruhi oleh ketersediaan stok, tetapi juga oleh kenaikan biaya produksi di sektor hulu.
Ombudsman Kritik Kebijakan Kenaikan Harga Beras
Meski pemerintah berusaha meyakinkan publik, Ombudsman RI menilai kebijakan perberasan nasional masih bermasalah. Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika, menguraikan beberapa penyebab harga beras naik meskipun stok beras Juli 2025 mencapai 4,2 juta ton, angka tertinggi sepanjang sejarah:
1. Stok melimpah tapi distribusi lambat
Bulog memang punya stok besar, tetapi pelepasan ke pasar lambat. Akibatnya, harga beras premium dan medium tetap tinggi di tingkat konsumen.
2. Harga gabah melonjak tajam
Kebijakan pembelian gabah dengan skema any quality awalnya menaikkan nilai tukar petani. Namun seperti dikutip dari RCTI Plus saat ini harga gabah semakin mahal, sehingga harga beras 5 kg kemasan pun ikut naik.
3. Distribusi beras SPHP tersendat
Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terkendala aturan ketat. Banyak distributor takut menyalurkan karena risiko pidana jika ada perbedaan kualitas beras.
4. Margin penggilingan tipis
Sebelum HET dinaikkan, penggilingan beras tidak untung karena biaya produksi terlalu tinggi. Banyak yang berhenti produksi sehingga pasokan berkurang.
Yeka menegaskan, masalah utama bukan sekadar stok. Menurutnya, swasembada pangan harus dikelola berkelanjutan.
“Apa artinya merayakan swasembada, kalau akhirnya tetap impor beras? Kebijakan pangan harus lebih terencana dari hulu sampai hilir,” ujarnya.
Faktor Lain yang Bikin Harga Beras Melonjak
Selain masalah gabah dan distribusi, ada beberapa faktor lain sebagaimana dikutip dari Badan Keahlian DPR yang turut mendorong harga beras hari ini naik:
1. Dampak iklim: Cuaca ekstrem, perubahan pola hujan, hingga banjir di beberapa daerah membuat produktivitas padi menurun.
2. Biaya logistik: Ongkos transportasi beras dari sentra produksi ke kota besar naik, terutama untuk wilayah timur Indonesia.
3. Spekulasi pasar: Beberapa pedagang menahan stok karena menunggu harga lebih tinggi.
4. Ketergantungan impor: Meski stok diklaim cukup, ketidakpastian impor beras dari luar negeri membuat pasar tetap waspada.
Faktor-faktor ini memperlihatkan bahwa harga beras di Indonesia sangat sensitif, meskipun pemerintah sudah mengatur HET.
Daftar HET Beras Medium & Premium Terbaru 2025
Berikut adalah daftar harga beras terbaru yang secara resmi telah ditetapkan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas):
1. Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan
Beras Medium: Rp 13.500 per kg
Beras Premium: Rp 14.900 per kg
2. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, serta Bangka Belitung
Beras Medium: Rp 14.000 per kg
Beras Premium: Rp 15.400 per kg
3. Bali, Nusa Tenggara Barat, dan seluruh wilayah Sulawesi
Beras Medium: Rp 13.500 per kg
Beras Premium: Rp 14.900 per kg
4. Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan
Beras Medium: Rp 14.000 per kg
Beras Premium: Rp 15.400 per kg
Baca juga: Sikat! Workshop Plus Pendanaan LBS Urun Dana Bikin UMKM Makin Nendang!
5. Maluku dan Papua
Beras Medium: Rp 15.500 per kg
Beras Premium: Rp 15.800 per kg
Dengan skema harga ini, konsumen di Pulau Jawa saat ini harus merogoh kocek sekitar Rp 67.500 untuk beras medium ukuran 5 kg, sedangkan beras premium 5 kg bisa mencapai Rp 74.500 di ritel modern.
Kenaikan harga beras medium menjadi Rp 13.500/kg bukan sekadar angka di atas kertas. Kebijakan ini lahir karena biaya produksi meningkat, harga gabah petani melonjak, dan distribusi stok tidak optimal.
Meski pemerintah mengklaim stok beras nasional memecahkan rekor, harga beras hari ini tetap naik karena tata kelola yang belum stabil. Bagi masyarakat, terutama rumah tangga miskin, kenaikan ini jelas menambah beban hidup.
Ke depan, harga beras tidak hanya soal panen raya atau swasembada sesaat. Yang lebih penting adalah kepastian distribusi, keberlanjutan produksi, dan keberanian pemerintah membuat kebijakan pangan yang konsisten dari hulu hingga hilir.