investasi
14 Januari 2025
5 Langkah Cerdas Pengusaha Garmen Menghadapi Banjir Impor China
Pasar pakaian Indonesia dibanjiri produk impor China. Data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2024 menunjukkan bahwa China menjadi kontributor utama impor pakaian ke Indonesia dengan angka mencapai 42,69%, diikuti oleh Vietnam 10,48% dan Bangladesh 8,95%.
Sahabat LBS, fakta ini menunjukkan dominasi signifikan produk impor China ke Indonesia dalam sektor pakaian jadi yang semakin memperketat persaingan di pasar domestik. Pada November 2024, impor pakaian rajutan (kode HS 61) mencapai 2,06 juta kg dengan nilai US$24,48 juta atau Rp400 miliar, mengalami kenaikan 8,44% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, impor pakaian bukan rajutan (kode HS 62) bahkan melonjak hingga 22,45% menjadi 1,91 juta kg dengan nilai US$24,57 juta atau Rp401 miliar. Sebaliknya, impor barang tekstil jadi lainnya (kode HS 63) turun 5,84% secara volume menjadi 4,15 juta kg, tetapi nilainya meningkat menjadi US$11,52 juta atau Rp188 miliar.
Secara keseluruhan sebagaimana dikutip dari Detik.com pada Senin (13/01), total impor tekstil dan produk tekstil pada November 2024 mencatat volume 198,81 juta kg dengan nilai mencapai US$851,54 juta atau Rp13 triliun atau naik 12,20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tantangan Berat bagi Pengusaha Lokal
Peningkatan impor China ke Indonesia membawa kekhawatiran serius bagi keberlangsungan industri tekstil dan garmen lokal. Produk impor dari China, yang terkenal dengan harga lebih terjangkau dan produksi massal, terus membanjiri pasar Indonesia.
Kondisi ini tidak hanya mempersulit daya saing produk lokal, tetapi juga menekan margin keuntungan pengusaha dalam negeri. Derasnya arus barang impor China ini dapat berdampak signifikan pada penurunan produksi, yang dalam jangka panjang bisa memicu penutupan sejumlah pabrik tekstil dalam negeri.
Untuk menghadapi tekanan dari barang impor China, industri tekstil dan garmen Indonesia harus mampu berinovasi secara berkelanjutan, meningkatkan efisiensi produksi, dan memanfaatkan potensi pasar domestik secara lebih maksimal. Dengan strategi yang tepat, diharapkan produk lokal dapat tetap bersaing bahkan melakukan ekspansi bisnis di tengah derasnya impor China ke Indonesia yang kian menguasai pasar.
5 Tips Bersaing dengan Produk Impor China
Sahabat LBS, derasnya arus barang impor China ke Indonesia, khususnya di sektor garmen, memberikan tantangan besar bagi pengusaha lokal. Produk-produk dari China yang dikenal dengan harga murah dan variasi yang beragam seringkali membuat produk lokal tersisih.
Meski begitu, pengusaha garmen dalam negeri tetap memiliki peluang untuk bersaing jika menerapkan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa tips agar industri garmen lokal dapat bersaing dengan barang
impor China.
1. Tingkatkan Kualitas Produk
Menghadapi banjirnya impor China, pengusaha lokal perlu memprioritaskan kualitas. Gunakan bahan baku terbaik dan perbaiki teknik produksi untuk memastikan hasil akhir yang memenuhi standar konsumen. Dengan produk berkualitas tinggi, konsumen lebih percaya pada garmen lokal dibanding barang impor China, meskipun harganya sedikit lebih mahal.
2. Ciptakan Inovasi Desain yang Unik
Produk lokal dapat unggul jika memiliki keunikan. Memahami tren pasar dan memadukan budaya lokal dalam desain pakaian dapat menjadi daya tarik tersendiri. Inovasi desain yang berbeda dari barang impor China memungkinkan produk lokal untuk menarik perhatian konsumen yang mencari sesuatu yang khas.
3. Perkuat Branding dan Pemasaran
Branding yang kuat dapat menjadi tameng untuk bersaing dengan impor China ke Indonesia. Gunakan platform digital seperti media sosial dan e-commerce untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Tekankan nilai produk lokal, seperti keberlanjutan, ramah lingkungan, atau pemberdayaan tenaga kerja lokal, yang mungkin tidak ditemukan pada barang impor China.
4. Manfaatkan Teknologi untuk Efisiensi Produksi
Barang impor China sering diproduksi dalam skala besar dengan biaya rendah berkat teknologi canggih. Untuk bersaing, pengusaha lokal juga perlu mengadopsi teknologi modern dalam proses produksi. Automasi dan inovasi teknologi tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga menekan biaya produksi, sehingga produk lokal dapat lebih kompetitif.
5. Memaksimalkan Media Sosial dan E-Commerce
Dengan berkembangnya teknologi, pengusaha garmen lokal dapat memanfaatkan platform media sosial dan e-commerce untuk menjangkau konsumen lebih luas. Menerapkan strategi pemasaran digital yang efektif dapat memperkenalkan produk lokal ke pasar yang lebih besar, sekaligus menanggapi tren belanja online yang semakin meningkat.
Banyak perusahaan garmen yang berhasil bertahan meskipun pasar dibanjiri barang impor China. Salah satunya adalah CV Kaisar Kaya Gemilang, perusahaan manufaktur garmen asal Bandung yang mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 33% pada tahun 2023, mencapai Rp6,6 miliar. Bahkan penerbit Sukuk Kaisar ini telah mengamankan proyek besar senilai Rp18 miliar dari Evermos, platform connected commerce yang mendukung UMKM.
Keberhasilan ini membuktikan bahwa industri garmen lokal memiliki kemampuan untuk bersaing di pasar global yang semakin ketat. Saat ini CV Kaisar Kaya Gemilang semakin menerbitkan sukuk dengan total investasi sebesar Rp3.395.000.000 dan harga per lembar sukuk Rp100.000 yang bisa Anda peroleh di LBS Urun Dana.
Sukuk Kaisar menawarkan proyeksi ROI yang menarik, yakni 19,80% per tahun dengan tenor 8 bulan. Ini adalah peluang investasi syariah yang tidak hanya aman, tapi juga memberikan potensi keuntungan yang menjanjikan.
Apakah Sahabat LBS tertarik untuk investasi di Sukuk Kaisar? Klik di sini untuk memulai perjalanan investasi Anda #KarenaNyamanItuDisini dan #TransaksiHalalItuDisini.