investasi
19 Agustus 2025
Viral Fatal! 7 Cara Mengatasi FoMO Investasi Agar Dompet Tebal Merdeka Finansial
Investasi tidak cukup hanya bermodal keberanian dan ikut-ikutan tren. Dibutuhkan sikap bijak, perencanaan yang matang, dan kendali diri agar tidak terjebak dalam fenomena fear of missing out (FoMO) yang kerap memicu keputusan finansial impulsif.
Menyadari tingginya potensi risiko tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghimbau generasi muda untuk menggunakan produk dan layanan keuangan secara cerdas sebagai bagian dari perencanaan masa depan.
Mengingat Gen Z kini mendominasi populasi Indonesia sebesar 27,94 persen menurut data BPS tahun 2023) sehingga sangat rentan terhadap perilaku konsumtif berbasis FoMO. Oleh karenanya, mari kita bahas lebih jauh seputar fenomena FoMO dalam investasi serta dampaknya, agar kita tidak mudah terjebak dalam tren yang menyesatkan.
Apa itu FoMO?
Fear of Missing Out (FoMO) adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 untuk menggambarkan kondisi psikologis ketika seseorang merasa takut tertinggal kesempatan berharga yang dimiliki orang lain. Menurut penelitian Mayank Gupta dan Aditya Sharma (2021) FoMO terdiri atas dua tahapan: munculnya persepsi bahwa orang lain sedang mendapatkan peluang bagus, kemudian diikuti dorongan kompulsif untuk segera ikut terlibat demi menjaga kedekatan secara sosial.
Baca juga: Cuan Berkah! Apa Itu Sukuk Murabahah, Investasi Halal Anti Drama Finansial!
Dalam dunia investasi modern, termasuk tren investasi halal seperti sukuk dan saham syariah di securities crowdfunding, FoMO bisa jadi muncul dalam bentuk keinginan cepat-cepat menanam modal hanya karena banyak orang lain terlihat sukses. Fenomena ini sering terjadi ketika kita melihat orang lain membagikan keuntungan investasinya, sehingga muncul tekanan sosial untuk ikut mengambil keputusan finansial tanpa perencanaan matang.
Penyebab FoMO Dalam Investasi
FoMO dalam investasi dapat diartikan sebagai perasaan takut tertinggal momen penting atau peluang berharga yang sedang dinikmati orang lain. Ada rasa untuk “harus cepat”, “harus ikut”, dan “harus punya” sehingga secara arogan chip in di banyak instrumen tanpa berpikir ulang sehingga dapat terjebak dalam investasi bodong. Berikut ini sejumlah penyebab FoMO dalam investasi:
1. Paparan media sosial berlebihan
Media sosial membuat kehidupan orang lain terlihat selalu sukses. Menurut Przybylski (2013) pengaruh media sosial dalam fenomena ini terjadi saat seseorang terus melihat unggahan di media sosial sehingga muncul rasa takut dan tergesa-gesa.
Dalam konteks FoMO investasi seseorang sering terpapar konten seputar keuntungan investasi sehingga latah berinvestasi tanpa membaca prospektus maupun laporan keuangan perusahaan secara utuh.
2. Tekanan sosial dari lingkungan
Keinginan untuk diterima dan terlihat “melek finansial” membuat seseorang mengikuti tren investasi yang dilakukan teman sebayanya, meskipun belum tentu sesuai dengan kondisi finansial pribadi maupun rencana jangka panjangnya.
3. Kemudahan akses teknologi
Menurut Davis dalam Dedi Sutanto (2022), aplikasi investasi yang serba mudah dan cepat membuat seseorang bisa membeli instrumen seperti saham dan sukuk hanya dalam hitungan menit.
4. Kontrol emosi yang lemah
FoMO kerap terjadi pada individu yang mengambil keputusan impulsif. Mereka berinvestasi bukan karena memahami bisnisnya, melainkan karena takut terlihat tertinggal, sehingga mengabaikan kebutuhan menganalisis risiko secara rasional.
5. Pola pikir serba instan
Banyak yang menganggap investasi sebagai jalan cepat meraih keuntungan besar. Pola pikir seperti ini membuat seseorang tergesa-gesa menempatkan dana tanpa menelaah prospektus, laporan keuangan perusahaan, maupun performa historis instrumen investasi secara menyeluruh.
Baca juga: Anti Galau! 5 Profil Risiko Investasi, Pilih yang Tepat untuk Cuan Berlipat
Cara Mengatasi FoMO Investasi
FoMO dapat dikendalikan ketika kita melatih diri untuk berinvestasi secara sadar, terukur, dan konsisten dengan rencana keuangan pribadi bukan karena ingin terlihat mengikuti tren. Sebagaimana dikutip dari Global Advisors Group berikut cara mengatasinya:
1. Susun rencana investasi yang jelas
Mulailah dengan menentukan tujuan investasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Pahami profil risiko dan tentukan jangka waktu investasi sejak awal. Dengan rencana ini, setiap keputusan finansial akan mengacu pada tujuan, bukan pada tren yang berseliweran di media sosial.
2. Terapkan diversifikasi aset investasi
Sebarkan dana ke berbagai instrumen seperti saham, sukuk, reksadana atau saham syariah. Diversifikasi membantu meminimalkan risiko serta mencegah keputusan impulsif untuk menaruh seluruh modal pada satu produk hanya karena sedang “viral”.
3. Gunakan auto-investasi
Manfaatkan fitur autodebet atau auto-investasi agar dana rutin masuk ke portofolio. Kebiasaan ini melatih kedisiplinan sekaligus mengurangi dorongan emosional yang kerap muncul saat melihat pergerakan pasar harian.
4. Pegang teguh tujuan investasi jangka panjang
Ketika pasar bergerak naik atau turun, ingatkan diri bahwa fluktuasi adalah bagian wajar dalam investasi. Jangan biarkan situasi jangka pendek membuat Anda tergesa-gesa mengubah strategi yang sudah disusun.
5. Tingkatkan pemahaman literasi keuangan
Bekali diri dengan pemahaman tentang prinsip dasar investasi halal berbasis securities crowdfunding, termasuk cara membaca prospektus dan laporan keuangan perusahaan. Pengetahuan ini membuat Anda lebih tenang saat mengambil keputusan dan tidak mudah tergoda tawaran investasi yang belum jelas kehalalan atau risikonya.
6. Jangan sering mengecek portofolio investasi
Mengecek portofolio terus-menerus justru dapat memicu kecemasan berlebihan. Atur waktu khusus, misalnya mingguan atau bulanan, agar keputusan investasi tetap rasional dan tidak didorong rasa takut tertinggal.
7. Beri jeda sebelum mengambil keputusan baru
Sebelum masuk ke peluang investasi halal berikutnya, biasakan memberi waktu untuk berpikir, melakukan riset, membaca prospektus dengan teliti, serta memahami laporan keuangan. Jeda ini sangat penting agar keputusan tidak didorong FoMO semata, tetapi berdasarkan pertimbangan matang sesuai prinsip syariah.
FoMO membuat banyak orang ikut berinvestasi secara tergesa-gesa hanya karena takut tertinggal tren, bukan karena pertimbangan yang matang. Padahal inti dari investasi adalah ketelitian, kesabaran, serta kemampuan mengambil keputusan berdasarkan ilmu, bukan emosi sesaat.
Allah ﷻ menegaskan pentingnya menggunakan akal dalam Surah An-Nahl ayat 78:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun; dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)
Karena itu, telaah terlebih dahulu dasar bisnis dan informasi keuangan suatu instrumen sebelum terjun. Di LBS Urun Dana, Anda dapat mulai berinvestasi dari Rp500 ribu sebagai langkah awal menumbuhkan harta secara halal bebas riba. Daftar isi KYC dan hijrah investasi halal bersama LBS Urun Dana.