artikel
6 Maret 2025
Wah Gak Nyangka! Inilah Keutamaan Puasa Ramadhan & Puasa Sunnah yang Luar Biasa
Hadist Puasa Ramadhan, memperkuat bahwa ibadah puasa wajib dilakukan di bulan suci. Selain itu ibadah puasa juga terbagi menjadi puasa wajib seperti Puasa Ramadhan dan puasa sunnah seperti Puasa Senin Kamis, Puasa Rajab, Puasa Arafah, dan Puasa Ayyamul Bidh. Hadits puasa Ramadhan dan hadits lainnya menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah ini, karena puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan.
Hadits-hadits tentang puasa memberikan panduan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah ini dengan baik dan benar. Rasulullah ﷺ telah memberikan tuntunan mengenai waktu, keutamaan, serta manfaat dari berbagai jenis puasa yang bisa diamalkan oleh umat Islam.
Hadits tentang Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam dan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh setiap Muslim. Hal ini ditegaskan dalam hadits berikut. Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni."
(HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760, Shahih).
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya'ban sampai tiga puluh hari."
(HR. Bukhari dan Muslim, Shahih).
Hadits tentang Puasa Sunnah
Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, Islam juga menganjurkan berbagai puasa sunnah yang memiliki keutamaan tersendiri. Salah satu hadits yang membahas hal ini adalah sebagai berikut. Dari Thalhah bin Ubaidillah RA, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
Baca juga: Doa Buka Puasa Sesuai Sunnah, Amalkan untuk Raih Keberkahan!
"Ya Rasulullah, katakan padaku apa yang Allah wajibkan kepadaku tentang puasa?" Beliau menjawab, "Puasa Ramadhan". "Apakah ada lagi selain itu?" Beliau menjawab, "Tidak, kecuali puasa sunnah."
(HR. Bukhari dan Muslim, Shahih).
Hadits tentang Puasa Senin-Kamis
Di antara puasa sunnah yang dianjurkan dalam Islam adalah puasa Senin dan Kamis, yang memiliki banyak keutamaan. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa."
(HR. Tirmidzi no. 747, Hasan).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:
"Rasulullah ﷺ biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis."
(HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739, Shahih).
Hadits tentang Puasa Arafah
Puasa Arafah yang dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah atau menjelang Hari Raya Idul Adha memiliki keutamaan besar, terutama bagi mereka yang tidak sedang menunaikan haji. Keutamaan ini dijelaskan dalam hadits berikut. Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang."
(HR. Muslim no. 1162, Shahih).
Namun, bagi orang yang sedang melaksanakan haji, tidak dianjurkan untuk berpuasa pada hari Arafah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Ibnu ‘Abbas:
"Nabi ﷺ tidak berpuasa ketika di Arafah. Ketika itu beliau disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya."
(HR. Tirmidzi no. 750, Hasan).
Hadits tentang Puasa Ayyamul Bidh
Dianjurkan untuk berpuasa tiga hari setiap bulan, khususnya pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriyah, yang dikenal sebagai Ayyamul Bidh.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
"Kekasihku (yaitu Rasulullah ﷺ) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur."
(HR. Bukhari no. 1178, Shahih).
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
"Rasulullah ﷺ biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar."
(HR. An Nasai no. 2345, Shahih).
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika engkau berpuasa tiga hari dalam sebulan, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15."
(HR. Tirmidzi no. 761, Hasan).
Hadits ini menegaskan bahwa puasa ayyamul bidh dianjurkan pada tanggal 13, 14, dan 15, dan memiliki derajat Hasan sebagaimana disebutkan dalam riwayat Tirmidzi.
Hadits tentang Puasa Rajab
Puasa di bulan Rajab sering menjadi perbincangan di kalangan ulama. Meskipun hadits mengenai puasa Rajab umumnya berderajat dhaif (lemah), sebagian ulama membolehkannya dalam konteks fadhailul a’mal (keutamaan ibadah). Intinya hadits puasa Rajab memiliki derajat dhaif, tetapi tetap dapat diamalkan sebagai motivasi untuk beribadah.
Hadits Puasa Sunnah: Niat dan Ketentuan
Berpuasa sunnah, pastinya memiliki sejumlah ketentuan yang harus diketahui. Tujuannya agar ibadah Anda lebih berpahala dan mendapatkan berkah. Berikut beberapa di antaranya:
1. Boleh Berniat Puasa Sunnah Setelah Terbit Fajar
Berbeda dengan puasa wajib yang harus diniatkan sebelum fajar, puasa sunnah boleh diniatkan setelah terbit fajar selama belum makan, minum, atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Pada suatu hari, Nabi ﷺ menemuiku dan bertanya, ‘Apakah kamu mempunyai makanan?’ Kami menjawab, ‘Tidak ada.’ Beliau berkata, ‘Kalau begitu, saya akan berpuasa.’ Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kurma, samin, dan keju).’ Maka beliau pun berkata, ‘Bawalah kemari, sesungguhnya sejak pagi tadi aku berpuasa.’” (HR. Muslim no. 1154)
2. Boleh Menyempurnakan atau Membatalkan Puasa Sunnah
Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskannya atau membatalkannya. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah di atas. Pendapat ini dipegang oleh sekelompok sahabat, Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi, mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi’i, bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.
3. Seorang Istri Tidak Boleh Berpuasa Sunnah Tanpa Izin Suami
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026)
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan ini bersifat haram karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan oleh istri dan tidak bisa dihalangi oleh puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan.”
Baca juga: Tetap Fit Saat Puasa! Ini 10 Menu Buka yang Lezat dan Super Bergizi!
Beliau rahimahullah juga menjelaskan, “Jika suami sedang bersafar, maka istri boleh berpuasa karena suami tidak berada di sisinya.”
Hadits-hadits tentang puasa memberikan pedoman dalam menjalankan ibadah ini dengan benar. Baik itu Puasa Ramadhan, Puasa Sunnah, Puasa Senin Kamis, Puasa Arafah, Puasa Ayyamul Bidh, maupun Puasa Rajab, semuanya menunjukkan bahwa puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dan memiliki banyak keutamaan.
Sama seperti dalam beribadah, dalam berinvestasi pun kita harus mengikuti prinsip Islam. LBS Urun Dana hadir sebagai solusi investasi yang halal, transparan, dan sesuai dengan prinsip Islam. Mulailah investasi sekarang dan raih keberkahan bersama LBS Urun Dana!