berita
29 Oktober 2025
Cetar! Menkeu Purbaya Pamer Topi Tulisan “8%”, Optimis Tembus Tapi Realitanya Miris!
Ada momen yang menarik dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Kehutanan, Purbaya tampil santai namun mencuri perhatian dengan topi hitam bertuliskan angka 8%.
Sekilas mungkin terlihat seperti aksesori biasa. Namun ternyata, angka tersebut memiliki makna besar. Dalam unggahan video di akun Instagram resminya @menkeuri, Purbaya menjelaskan bahwa angka 8% adalah target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Ini target presiden ya, bukan target saya,” ucapnya sambil tersenyum dan mengangkat topi ke arah kamera. “Tapi kita wujudkan dalam beberapa tahun ke depan,” sambungnya sebagaimana dikutip dari Detik Finance pada Rabu (29/10/2025).
Menkeu Purbaya Memakai Topi bertuliskan 8% (Sumber: Instagram @menkeuri)
Pernyataan Menkeu Purbaya langsung menuai berbagai komentar positif dari warganet. Banyak yang mengapresiasi sikap santai namun optimistis sang menteri dalam menyampaikan pesan ekonomi nasional. Tidak sedikit juga yang menganggap gaya Purbaya mencerminkan cara baru pemerintah berkomunikasi: ringan, transparan, dan penuh semangat kolaboratif.
Ambisi Besar Dalam Target Ekonomi 8%
Target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% bukanlah angka kecil. Dalam konteks ekonomi nasional, target ini mencerminkan ambisi besar untuk mendorong produktivitas, memperluas investasi, serta meningkatkan daya beli masyarakat.
Saat ini, laju ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 5%. Untuk menembus angka 8 persen, pemerintah membutuhkan strategi lintas sektor yang terukur dan konsisten. Tidak cukup hanya dengan menumbuhkan optimisme, tetapi juga perlu reformasi nyata di bidang fiskal, industri, dan investasi.
Baca juga: Sengit! 6 Fakta Perseteruan Purbaya vs Dedi Mulyadi Soal Dana Pemda Ngendap Rp234 Triliun
Kementerian Keuangan menjadi salah satu garda terdepan dalam mewujudkan percepatan tersebut. Melalui kebijakan fiskal yang inklusif dan efisien, pemerintah berupaya mengarahkan belanja negara ke sektor produktif. Fokus utamanya mencakup:
1. Pembiayaan produktif di sektor manufaktur, energi, dan infrastruktur.
2. Peningkatan ekspor bernilai tambah, agar Indonesia tidak lagi bergantung pada komoditas mentah.
3. Penguatan sektor UMKM, yang menurut Kementerian UMKM menyerap lebih dari 97 persen tenaga kerja dan berkontribusi sekitar 61% terhadap PDB nasional.
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, yang dikenal berhati-hati dalam menyampaikan pandangan ekonomi, kali ini tampil dengan pendekatan yang lebih komunikatif. Dalam unggahan video di akun @menkeuri, ia memperlihatkan topi bertuliskan 8% sambil berkata,
“Ini target presiden ya, bukan target saya. Tapi kita wujudkan dalam beberapa tahun ke depan,” ungkapnya.
Pada keterangan video itu, ia menulis kalimat sederhana tapi kuat:
“Supaya bisa kaya bareng-bareng, yuk kita bantu Pak Menkeu wujudkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%!” tulis caption di akun @menkeuri.
Pesan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Diperlukan kolaborasi antara pelaku usaha, investor, masyarakat, dan sektor riil agar pertumbuhan benar-benar berdampak pada kesejahteraan bersama.
Realitas Ekonomi yang Masih Stuck 5%
Meski semangat optimisme terus digaungkan, data menunjukkan tantangan besar masih mengadang. Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berjalan, namun percepatan ekonomi belum terlihat signifikan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2024 mencapai 5,02% (YoY), menurun ke 4,87% pada kuartal I 2025, dan naik tipis ke 5,12 persen pada kuartal II 2025. Rata-rata pertumbuhan di tiga kuartal pertama masih tertahan di sekitar 5 persen, menandakan stabilitas yang kuat tetapi belum cukup untuk disebut akseleratif.
Baca juga: Gaskeun! Setahun Prabowo-Gibran dan Ambisi Ekonomi 8 Persen, OTW Terjadi atau Ilusi?
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, Bappenas menargetkan pertumbuhan 5,3% pada tahun pertama, lalu meningkat secara bertahap hingga 8% pada 2029. Target ini menjadi fondasi visi ekonomi Prabowo–Gibran yang ingin membawa Indonesia naik kelas menjadi negara industri berbasis investasi produktif dan hilirisasi berkelanjutan.
Namun, mencapai angka tersebut bukan hal mudah. Tantangan eksternal seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, fluktuasi harga komoditas, dan ketegangan geopolitik berpotensi menekan ekspor dan investasi. Dari sisi domestik, tantangan internal masih meliputi birokrasi yang belum efisien, ketimpangan antar wilayah, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja.
Oleh karena itu, optimisme simbolik seperti “Topi 8%” ala Menkeu Purbaya hanya akan berarti bila diikuti langkah nyata: percepatan belanja negara, perbaikan iklim investasi, dan penyelarasan kebijakan pusat daerah.
Target 8% memang ambisius, tetapi bukan tidak mungkin tercapai jika seluruh komponen ekonomi nasional bergerak searah. Sebagaimana pesan Purbaya, optimisme ekonomi hanya bermakna jika diikuti aksi nyata yang melibatkan semua pihak.






