berita
22 Oktober 2025
Cuek Bebek! 5 Penyebab Warren Buffett Gak Lirik Emas, Padahal Harganya Meroket!
Harga emas kembali mencatatkan reli yang bikin mata investor melotot. Sepanjang tahun 2025, logam mulia ini naik lebih dari 65 persen dan kini mendekati US$4.350 per ons atau sekitar Rp72 juta. Kenaikan harga emas hari ini bahkan jadi yang tertinggi kedua sepanjang sejarah.
Berdasarkan data Logam Mulia Antam (21 Oktober 2025), harga emas 24 karat naik hingga Rp78.000 per gram, mencapai Rp2.487.000 per gram. Untuk ukuran 1 kilogram, nilainya menembus Rp2,42 miliar. Lonjakan ini jelas menggoda, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan inflasi yang terus membayangi.
Namun, bagi investor legendaris Warren Buffett, kilau emas bukan alasan untuk ikut-ikutan membeli. Sejak lama, pendiri Berkshire Hathaway itu menganggap investasi emas bukan jalan ideal untuk membangun kekayaan jangka panjang. Sebagaimana dikutip dari CNBC pada Rabu (22/11/2025), dalam pandangannya emas memang berkilau, tapi tidak bekerja.
1. Beli Emas Tidak Menghasilkan Arus Kas
Buffett selalu menilai sebuah investasi dari kemampuan aset itu menciptakan arus kas. Ia percaya bahwa kekayaan tumbuh ketika aset bisa bekerja dan menghasilkan pendapatan berulang. Saham, obligasi, atau bisnis produktif bisa melakukannya. Emas tidak.
Baca juga: Alamak! Ini Penyebab Harga Emas Melonjak 1 Gram Tembus Rp2,4 Juta
Dalam surat tahunan Berkshire Hathaway tahun 2011, Buffett menulis bahwa emas tidak menciptakan apa pun dan hanya “duduk diam menunggu harga naik.” Bagi dia, emas tidak memberi dividen, bunga, atau laba. Maka meski harga emas hari ini menembus rekor, nilainya tetap pasif di mata Buffett.
2. Harga Emas Bergantung pada Ketakutan Pasar
Buffett pernah berkata bahwa “membeli emas sama dengan ikut serta dalam ketakutan.” Maksudnya, harga emas naik ketika investor cemas terhadap ekonomi, dan akan turun ketika pasar optimistis.
Kenaikan harga emas sering kali didorong oleh kondisi global seperti inflasi, geopolitik, atau gejolak nilai tukar, bukan oleh produktivitas ekonomi. Karena itu, Buffett menilai investasi emas bergantung pada sentimen, bukan kinerja fundamental. Ia lebih memilih perusahaan yang tumbuh karena inovasi dan permintaan nyata.
3. Emas Tidak Menambah Nilai Ekonomi
Dalam wawancara tahun 2011, Buffett pernah menggambarkan betapa pasifnya emas. “Jika kamu kumpulkan semua emas di dunia dan bentuk jadi kubus besar, kamu hanya bisa menatapnya dan berkata: ‘Alangkah indahnya’.
Ia menilai investasi emas tidak menciptakan lapangan kerja, tidak memperluas industri, dan tidak menambah nilai ekonomi. Berbeda dengan uang yang ditanamkan pada pabrik, lahan, atau bisnis riil yang memberi manfaat langsung ke masyarakat.
Karena itu, Buffett menilai bahwa meski harga emas hari ini tinggi, logam mulia tetap tidak memberi sumbangan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Tidak Ada Efek Bunga Berbunga dalam Investasi Emas
Buffett dikenal dengan prinsip compounding effect atau efek bunga berbunga, di mana keuntungan yang diinvestasikan kembali akan mempercepat pertumbuhan kekayaan. Namun, investasi emas tidak punya kemampuan ini.
Harga emas bisa naik, tapi tidak berkembang dari dalam. Nilainya hanya bergerak berdasarkan permintaan pasar. Sementara bisnis produktif bisa menumbuhkan nilainya karena keuntungan terus diolah menjadi modal baru. Dengan kata lain, emas hanya memberi kenaikan nominal, bukan pertumbuhan yang berkelanjutan.
5. Emas Bukan Aset Masa Depan
Buffett percaya masa depan investasi ada di aset yang inovatif, produktif, dan relevan dengan zaman. Ia melihat emas sebagai simbol masa lalu, bukan masa depan.
Menariknya, Buffett sempat membeli saham Barrick Gold, perusahaan tambang emas terbesar dunia, senilai US$565 juta pada 2020. Langkah itu diambil di tengah pandemi COVID-19 ketika pasar penuh ketidakpastian. Namun, dalam waktu kurang dari setahun, Berkshire Hathaway menjual seluruh kepemilikannya, menunjukkan bahwa keputusan itu hanya langkah taktis, bukan keyakinan jangka panjang.
Baca juga: NinuNinu! 7 Penyebab IHSG Anjlok, Dompet Investor Lemas Bursa Waswas!
Baginya, investasi emas lebih cocok sebagai pelindung nilai (hedging), bukan kendaraan utama untuk menumbuhkan kekayaan.
Emas Memang Aman, Tapi Tidak Selalu Menguntungkan
Tidak bisa dipungkiri, harga emas hari ini membuat banyak orang tergoda untuk menambah koleksi logam mulia. Namun, pelajaran dari Buffett mengingatkan bahwa keamanan bukan segalanya. Investasi emas cocok untuk menjaga nilai, bukan menumbuhkannya.
Bagi investor syariah, prinsip ini sejalan dengan konsep harta halal yang produktif. Nilai kekayaan tumbuh bukan dari menyimpan, tetapi dari menyalurkan ke sektor riil yang memberi manfaat bagi umat. Di sinilah peran platform seperti LBS Urun Dana menjadi penting.
Melalui skema securities crowdfunding Anda bisa berinvestasi di bisnis halal yang diawasi OJK, mendapatkan potensi ROI hingga 15–20 persen per tahun, dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi umat. Berbeda dengan investasi emas yang pasif, investasi halal di LBS Urun Dana memberi kesempatan untuk menjadi bagian dari pertumbuhan usaha kecil menengah yang nyata. Chip in sekarang!