berita
21 Oktober 2025
Plot Twist! 5 Drama Ekonomi Setahun Prabowo-Gibran: Dari MBG Hingga Sri Mulyani Out!
Satu tahun berlalu sejak Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi menahkodai Indonesia. Di bawah semangat besar “Indonesia Emasi”, duet ini memulai babak baru yang penuh janji. Dari panggung Istana hingga pasar rakyat, satu pesan menggaung: ekonomi Indonesia harus kuat, berdaulat, dan berdiri di atas kaki sendiri.
Namun di balik visi besar itu, tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran adalah tahun ujian nyata. Antara ambisi dan eksekusi, antara semangat populis dan kedisiplinan fiskal. Ada gebrakan yang menuai tepuk tangan, tapi juga kebijakan yang memantik perdebatan. Dari Makan Bergizi Gratis hingga peluncuran Danantara, satu hal jelas: arah baru ekonomi nasional sedang dibentuk dengan cara yang tidak biasa.
1. Makan Bergizi Gratis
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi proyek andalan yang paling banyak dibicarakan. Diluncurkan pada Januari 2025 di 190 titik dan kini menjangkau lebih dari 31,2 juta penerima, program ini menyerap Rp20,6 triliun dari total anggaran Rp71 triliun.
Namun perjalanan tidak semulus rencana. Kasus keracunan makanan yang menimpa 8.000 penerima manfaat menjadi ujian pertama bagi kredibilitas pelaksana. Presiden Prabowo menanggapi dengan cepat, menegaskan angka itu sangat kecil dibandingkan total 1,4 miliar porsi yang telah dibagikan. Ia bahkan menyebutnya masih dalam “koridor kesalahan wajar” secara sains, sembari memerintahkan penguatan higienitas di seluruh dapur MBG.
Meski dikritik, program ini menjadi simbol nyata politik kesejahteraan ala Prabowo: cepat, masif, dan berani mengambil risiko.
2. Efisiensi Anggaran Hingga Rp306 Triliun
Langkah berani lainnya muncul lewat Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja APBN dan APBD. Pemerintah menargetkan penghematan sebesar Rp306,69 triliun, dengan rincian Rp256,1 triliun dari efisiensi anggaran kementerian dan lembaga serta Rp50,59 triliun dari dana transfer ke daerah.
Baca juga: Gaskeun! Setahun Prabowo-Gibran dan Ambisi Ekonomi 8 Persen, OTW Terjadi atau Ilusi?
Kebijakan ini menjadi pesan kuat bahwa masa pemerintahan Prabowo ingin menegakkan disiplin fiskal tanpa mengorbankan arah pembangunan. Belanja negara diarahkan ke sektor yang benar-benar produktif, bukan sekadar perjalanan dinas dan rapat seremonial.
3. Danantara yang Lahir untuk Mengelola Aset Bangsa
Peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara menjadi peristiwa ekonomi paling strategis di tahun pertama. Diresmikan pada Februari 2025, lembaga ini mengelola aset hingga US$980 miliar atau setara Rp15.978 triliun, menjadikannya mesin baru bagi penguatan aset dan investasi nasional.
Dalam visinya, Danantara tidak sekadar mengelola dana, melainkan mengubah paradigma ekonomi Indonesia dari konsumtif menjadi produktif. Presiden Prabowo menyebutnya sebagai “instrumen pembangunan nasional” yang akan menyalurkan investasi ke sektor energi bersih, industri hilir, dan ketahanan pangan. Target kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi: 8 persen.
4. IHSG Anjlok, Lalu Tersenyum Kembali
Bulan Maret 2025 menjadi momen yang sempat mengguncang pasar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6,58 persen ke level 6.046 akibat isu politik yang berkembang di tengah kabinet. Namun pada Agustus, pasar berbalik arah. IHSG menembus level 8.000, menandakan kembalinya kepercayaan investor terhadap stabilitas nasional.
Fluktuasi ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran bukan tanpa gejolak, tetapi masih memiliki daya tahan dan optimisme jangka panjang.
5. Lengsernya Sri Mulyani dari Tahta Menteri Keuangan
Salah satu peristiwa paling mengejutkan di tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran adalah lengsernya Sri Mulyani Indrawati dari kursi Menteri Keuangan. Pengumuman resmi dilakukan pada Senin, 8 Oktober 2025, menandai akhir perjalanan panjang dua dekade kiprahnya di dunia fiskal Indonesia.
Sebagai pengganti, Presiden Prabowo menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa, ekonom senior dan mantan Ketua Dewan Komisioner LPS. Lulusan Purdue University ini dikenal tegas, rasional, dan berorientasi pada efisiensi kebijakan fiskal. Pengalaman panjangnya di berbagai posisi strategis pemerintahan membuat publik menaruh harapan besar terhadap kepemimpinannya di Kementerian Keuangan.
Pergantian ini menjadi sinyal perubahan arah kebijakan fiskal nasional. Dari gaya teknokratis dan hati-hati ala Sri Mulyani, kini menuju pendekatan yang lebih berani, cepat, dan pro-pertumbuhan di bawah komando Prabowo.
Refleksi Ekonomi Satu Tahun Prabowo-Gibran
Setahun pemerintahan ini mencerminkan ambisi besar yang mulai diterjemahkan ke dalam kebijakan nyata. Ada keberanian untuk menempuh jalur baru, dari penguatan pangan hingga reformasi investasi. Namun keberanian itu juga menuntut kesabaran, konsistensi, dan tata kelola yang transparan agar tidak sekedar menjadi simbol politik jangka pendek.
Baca juga: Nah Loh! OECD Bocorin Ekonomi Indonesia Ga Nanjak, Stuck di Angka 4,9%!
Program seperti MBG dan Danantara menegaskan arah ekonomi yang ingin mandiri dan berdaulat. Namun untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan, dibutuhkan keseimbangan antara kecepatan dan kehati-hatian, antara ide besar dan realisasi di lapangan.
Satu tahun masa pemerintahan Prabowo-Gibran memperlihatkan babak baru dalam perjalanan ekonomi bangsa. Dari dapur sekolah hingga ruang rapat investor, semangat kemandirian ekonomi mulai terasa. Tantangannya kini bukan sekadar menciptakan gebrakan, tetapi memastikan setiap langkah meninggalkan jejak nyata bagi kesejahteraan rakyat.