berita
17 Juli 2025
Terjepit Riba! Ini Penyebab Utang Indonesia Terus Bertambah, Fix Jangan Kaget!
Kalau Anda sempat mengikuti perkembangan ekonomi, ada satu angka yang cukup bikin banyak orang terdiam: Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Mei 2025 tercatat mencapai US$ 435,6 miliar. Kalau dikonversi, itu sekitar Rp7.056 triliun dengan kurs Rp16.200. Besar? Jelas. Tapi mari kita pahami dulu apa yang sebenarnya terjadi.
Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan ULN Indonesia secara tahunan (year-on-year) berada di level 6,8%. Sebagai perbandingan, pada April 2025 lalu, pertumbuhannya mencapai 8,2%. Jadi meskipun utangnya bertambah, kecepatannya menurun.
Porsi Utang Pemerintah Paling Besar
Sebagian besar dari ULN ini berasal dari sektor publik. Per Mei 2025, utang pemerintah Indonesia tercatat sebesar US$ 209,6 miliar atau sekitar Rp3.395 triliun. Pertumbuhannya juga sedikit melambat dari 10,4% pada April menjadi 9,8% pada Mei.
Faktor utama yang memengaruhi adalah pembayaran jatuh tempo untuk Surat Berharga Negara (SBN) internasional. Di sisi lain, kepercayaan investor asing terhadap Indonesia tetap terjaga, terlihat dari arus modal asing yang masih masuk ke SBN domestik.
Baca juga: Awas Boncos! Ini 7 Tips Hindari Hutang Konsumtif, Lepas dari Neraka Cicilan!
Pemerintah juga memastikan utang ini digunakan untuk sektor-sektor prioritas yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat:
1. Jasa Kesehatan dan Sosial (22,3%)
2. Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial (18,7%)
3. Pendidikan (16,5%)
4. Konstruksi (12,0%)
5. Transportasi dan Pergudangan (8,7%)
Menariknya, 99,9% utang pemerintah ini berbentuk utang jangka panjang, sehingga risiko jangka pendek relatif kecil.
Utang Swasta Alami Penurunan
Berbeda dengan pemerintah, utang swasta justru mengalami kontraksi. Pada Mei 2025, posisinya ada di angka US$ 196,4 miliar dengan pertumbuhan minus 0,9% (yoy) atau lebih besar dari kontraksi pada April sebesar -0,4%. Kontraksi ini berasal dari dua kelompok besar:
a. Lembaga keuangan, dengan pertumbuhan turun dari 2,8% ke 1,2% b. Perusahaan non-keuangan, dengan kontraksi -1,4% dari sebelumnya -1,2%
Meskipun mengalami penurunan, utang swasta tetap didominasi oleh sektor-sektor produktif seperti industri pengolahan, jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik dan gas serta
pertambangan dan penggalian.
Totalnya menyumbang 80,2% dari seluruh utang luar negeri swasta. Di sisi struktur, 76,5% dari ULN swasta adalah utang jangka panjang, yang relatif lebih aman dari sisi pengelolaan.
Jadi, Apakah Utang Indonesia Berbahaya?
Hingga saat ini, struktur utang Indonesia masih tergolong sehat dan terkendali. BI menyebutkan bahwa rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berada di angka 30,6% atau angka yang masih aman secara global.
Lebih dari itu, 84,6% dari total utang Indonesia adalah utang jangka panjang, yang membuat tekanan jangka pendek terhadap perekonomian relatif minim. Pemerintah dan BI juga terus memperkuat koordinasi agar ULN ini dikelola dengan prinsip kehati-hatian.
Baca juga: Bocor Lagi! APBN 2025 Defisit Rp 21 Triliun, Alarm Keras Investasi?
Namun, tetap saja penting bagi kita untuk mempertimbangkan jalur pembiayaan lain yang tidak hanya aman, tapi juga bebas riba. Daripada berurusan dengan sistem riba dan beban utang berbunga, mengapa tidak memilih jalur yang lebih bersih dan adil?
Daripada Riba Mending Pendanaan Syariah
LBS Urun Dana menawarkan solusi pendanaan syariah yang bisa diakses oleh pelaku usaha maupun investor yang ingin berkontribusi pada ekonomi halal. Anda bisa mendapatkan pendanaan hingga Rp10 miliar tanpa riba, gharar dan dzalim sehingga cocok untuk:
a. Cocok untuk UMKM dan proyek berbasis halal
b. Sudah resmi berizin dan diawasi OJK
c. Proses transparan, adil, dan berbasis akad syariah
Mulai sekarang. Pilih pendanaan yang berkah. Bangun usahamu lewat LBS Urun Dana. Karena membangun ekonomi itu bisa dimulai tanpa harus terjebak utang berbunga. Ajukan sekarang!