investasi
30 September 2025
Cek Ricek! Cara Analisis Rasio Profitabilitas, Cuan Nempel Anti Prank!
Setiap investor membutuhkan laporan keuangan perusahaan sebagai cermin untuk melihat kondisi bisnis. Melalui analisis laporan keuangan, investor dapat mengetahui apakah perusahaan dalam keadaan sehat, mampu menghasilkan laba, serta memiliki prospek pertumbuhan di masa depan. Proses ini menjadikan laporan keuangan bukan sekadar catatan angka, melainkan sumber informasi strategis yang sangat penting bagi keberlangsungan usaha.
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Isinya biasanya mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (seperti arus kas atau arus dana), catatan tambahan, informasi segmen usaha, hingga pengaruh perubahan harga.
Kasmir (2015) dalam Astuti (2021) menambahkan bahwa laporan keuangan adalah dokumen yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Dengan kata lain, laporan ini memberikan gambaran nyata mengenai posisi keuangan perusahaan saat ini. Melalui analisis laporan keuangan, informasi yang tersaji dapat diolah menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih tepat.
Apa Itu Rasio Profitabilitas?
Salah satu bagian penting dalam analisis laporan keuangan adalah rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualan, aset, maupun ekuitas yang dimiliki. Menurut Aning Fitriana (2024) hasil pengukuran rasio profitabilitas membantu manajemen maupun pihak eksternal dalam menilai apakah strategi perusahaan sudah berjalan efektif. Jika laba sesuai target, berarti kinerja manajemen dapat dinilai baik. Sebaliknya, jika tidak tercapai, hasil tersebut menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan di periode berikutnya.
Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas tidak hanya sekedar angka, tetapi juga memiliki banyak fungsi dalam analisis laporan keuangan. Beberapa tujuan dan manfaat utama di antaranya adalah:
1. Mengukur laba perusahaan dalam satu periode tertentu.
2. Membandingkan posisi laba tahun ini dengan tahun sebelumnya.
3. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengukur besarnya laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan modal sendiri.
5. Menilai produktivitas dana perusahaan, baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman.
6. Menjadi indikator efisiensi penggunaan dana secara keseluruhan.
Baca juga: Oalah! Ini 7 Tantangan dan Solusi UMKM Sulit Melejit, Rahasianya Ada Disini!
Dari sini terlihat bahwa rasio profitabilitas tidak hanya memberikan gambaran tentang keuntungan, tetapi juga menjadi alat ukur penting dalam menentukan arah strategi perusahaan di masa depan.
Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2015), ada beberapa rasio profitabilitas yang biasa digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan:
1. Net Profit Margin (NPM)
NPM digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin efisien perusahaan dalam mengelola biayanya.
Rumus: NPM = (Laba Bersih Setelah Pajak / Penjualan) × 100%
Contoh: Jika penjualan perusahaan Rp1 miliar dengan laba bersih Rp100 juta, maka NPM = (100 juta / 1 miliar) × 100% = 10%.
2. Return on Assets (ROA)
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan total asetnya untuk menghasilkan laba.
Rumus: ROA = (Laba Bersih Setelah Pajak / Total Aset) × 100%
Contoh: Jika laba Rp200 juta dengan total aset Rp50 juta, maka ROA = (200 juta / 50 juta) × 100% = 4%.
3. Return on Equity (ROE)
ROE mengukur seberapa efektif modal sendiri digunakan untuk menghasilkan laba bersih.
Rumus: ROE = (Laba Bersih Setelah Pajak / Modal Sendiri) × 100%
Contoh: Laba Rp800 juta dengan ekuitas Rp1 miliar → ROE = (800 juta / 1 miliar) × 100% = 80%.
4. Earning Per Share (EPS)
EPS menunjukkan laba bersih yang diterima setiap lembar saham. Indikator ini penting bagi investor karena menggambarkan keuntungan yang diperoleh per saham.
Rumus: EPS = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Saham Beredar
Contoh: Laba bersih Rp500 juta dengan saham beredar 1 juta lembar → EPS = 500 juta / 1 juta = Rp500 per saham.
5. Return on Capital Employed (ROCE)
ROCE mengukur laba yang dihasilkan dari modal yang digunakan, baik dari ekuitas maupun pinjaman jangka panjang.
Rumus: ROCE = EBIT / (Total Aset – Kewajiban Lancar)
Contoh: EBIT Rp400 juta, total aset Rp2 miliar, kewajiban lancar Rp500 juta → ROCE = 400 juta / (2 miliar – 500 juta) = 26,7%.
6. Return on Sales (ROS)
ROS menilai seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan setelah biaya produksi.
Rumus: ROS = (Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) × 100%
Contoh: Laba sebelum pajak Rp100 juta dari penjualan Rp1,5 miliar → ROS = (100 juta / 1,5 miliar) × 100% = 6,7%.
Cara Cepat Analisis Rasio Profitabilitas
Analisis laporan keuangan tidak harus selalu rumit, terutama bagi investor yang ingin melihat kinerja usaha UMKM. Dengan memahami rasio profitabilitas, pemilik usaha bisa segera mengetahui apakah strategi yang dijalankan sudah menghasilkan laba optimal dan sesuai prinsip syariah. Beberapa langkah cepat yang bisa dilakukan antara lain:
1. Gunakan data sederhana dari laporan bulanan
UMKM cukup mulai dari laporan penjualan, laba bersih, dan aset utama. Data ini sudah cukup untuk menghitung rasio dasar seperti NPM dan ROA.
2. Fokus pada rasio yang paling relevan
Tidak semua rasio harus digunakan sekaligus. Untuk UMKM, fokuslah pada Net Profit Margin (efisiensi biaya), ROA (efektivitas aset), dan ROE (efisiensi modal sendiri).
3. Bandingkan dengan periode sebelumnya
Analisis laporan keuangan akan lebih bermakna jika hasil rasio dibandingkan antar periode. Dari sini, pemilik usaha bisa tahu apakah strategi yang dijalankan sudah membawa perbaikan.
Baca juga: Rileks! 7 Solusi LBS Urun Dana Bikin UMKM Tetap Perkasa Hadapi Badai Ekonomi!
4. Sesuaikan dengan prinsip keuangan syariah
Pastikan analisis tidak hanya melihat laba, tetapi juga keberkahannya. Misalnya, laba yang diperoleh harus terbebas dari riba, gharar, atau praktik yang tidak etis. Hal ini penting agar profit yang dihasilkan benar-benar halal dan thayyib.
5. Gunakan hasil analisis untuk mengambil keputusan strategis
Jika margin laba menurun, mungkin perlu evaluasi biaya operasional. Jika ROE rendah, bisa dipertimbangkan strategi meningkatkan efisiensi modal. Dengan demikian, analisis laporan keuangan benar-benar menjadi alat kendali usaha, bukan sekadar angka di atas kertas.
Pada akhirnya, analisis laporan keuangan bukan hanya catatan angka, tetapi kunci membaca arah perjalanan sebuah bisnis. Investor yang bijak akan meneliti kinerja penerbit, tren laba, serta konsistensi strategi sebelum memutuskan untuk menanamkan modal. Dengan cara ini, keputusan investasi menjadi lebih aman, terukur, dan membawa keberkahan.
Baca juga: Santuy! 10 Jurus Bisnis Hadapi Ekonomi Lesu, Banjir Cuan di Tengah ketidakpastian!
Di LBS Urun Dana, transparansi sudah menjadi standar. Semua penerbit diwajibkan menyajikan laporan keuangan dan prospektus yang jelas sehingga investor bisa menilai peluang dan risiko secara objektif. Tidak heran lebih dari 12,8 ribu investor sudah berpartisipasi, bahkan dengan modal mulai Rp500 ribu di instrumen sukuk dan saham. Pertanyaannya sekarang, Anda kapan ikut bergabung bersama mereka? Mulai sekarang!