artikel
29 September 2025
Oalah! Ini 7 Tantangan dan Solusi UMKM Sulit Melejit, Rahasianya Ada Disini!
Hampir setiap pembahasan ekonomi nasional selalu menempatkan UMKM sebagai ujung tombak yang menjaga kestabilan dan pertumbuhan. Tidak berlebihan, karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto mencapai lebih dari 61% dan mampu menyerap hingga 97% tenaga kerja sebagaimana menurut Jurnal DPR (2023). Dengan angka tersebut, UMKM seharusnya menjadi motor yang mampu melaju kencang, bahkan sampai ke panggung global.
Namun kenyataannya, tantangan UMKM di Indonesia masih begitu banyak. Dari masalah klasik soal modal hingga hambatan baru berupa digitalisasi, semuanya membuat UMKM seolah berjalan terseok-seok. Pertanyaannya, kenapa UMKM Indonesia masih tertinggal? Dan lebih penting lagi: bagaimana solusinya?
1. Keterbatasan Sumber Daya
Banyak UMKM berjuang dengan sumber daya terbatas. Modal yang sempit membuat mereka hanya bisa berproduksi dalam skala kecil. Akibatnya, saat ada permintaan besar, mereka kewalahan. Tidak hanya itu, keterbatasan tenaga kerja terampil membuat kualitas produk sulit bersaing. Teknologi yang dipakai pun kerap sederhana, jauh dari kata modern.
Di pasar global, kondisi ini membuat UMKM kalah telak. Permintaan internasional menuntut kualitas dan kuantitas produk lebih tinggi. Jika tidak bisa memenuhi standar itu, UMKM hanya jadi penonton.
Baca juga: Rileks! 7 Solusi LBS Urun Dana Bikin UMKM Tetap Perkasa Hadapi Badai Ekonomi!
Solusi: Di sinilah pentingnya akses modal. Melalui pendanaan syariah di platform securities crowdfunding, UMKM bisa mendapat tambahan modal yang halal. Instrumen seperti sukuk atau saham syariah bukan hanya memberi dana, tapi juga membuka peluang networking dengan investor yang peduli pada perkembangan usaha.
2. Regulasi dan Kebijakan yang Rumit
Membawa produk ke pasar luar negeri bukan sekadar soal kualitas. Ada aturan ketat yang harus ditaati: standar kesehatan, keamanan, hingga lingkungan. Misalnya, produk makanan harus lolos uji laboratorium dan sertifikasi kesehatan. Produk kosmetik pun demikian, harus memenuhi syarat keamanan tertentu sebelum bisa dipasarkan di negara tujuan.
Bagi UMKM yang baru pertama kali mencoba ekspor, proses ini bisa terasa rumit dan melelahkan. Selain mahal, waktu yang dibutuhkan juga tidak singkat.
Solusi: Pemerintah, asosiasi bisnis, dan lembaga terkait harus menyediakan panduan jelas. UMKM juga perlu proaktif mengikuti pelatihan ekspor atau pendampingan hukum dagang internasional agar tidak salah langkah.
3. Persaingan Global yang Ketat
Bayangkan UMKM Indonesia harus berhadapan dengan perusahaan raksasa dari Tiongkok yang punya kapasitas produksi jutaan unit per bulan dengan biaya rendah. Produk mereka murah, bervariasi, dan cepat masuk pasar. Kondisi ini jelas jadi tantangan UMKM yang tidak mudah dihadapi.
Apakah itu berarti UMKM tidak punya peluang? Tentu tidak. Nilai tambah adalah kunci. Inovasi desain, keunikan lokal, hingga penggunaan bahan baku ramah lingkungan bisa jadi daya tarik yang tidak dimiliki pesaing.
Solusi: UMKM Indonesia perlu berani tampil beda. Produk batik yang dikemas modern, makanan tradisional dengan sentuhan kekinian, atau minuman herbal yang diklaim menyehatkan adalah contoh strategi untuk memenangkan hati konsumen global.
4. Masalah Logistik dan Distribusi
Di atas kertas, produk UMKM bisa saja laku di luar negeri. Namun, kalau ongkos kirim mahal dan proses distribusi lambat, daya saing langsung runtuh. Ini salah satu titik lemah UMKM yang sering diremehkan.
Produk yang telat sampai bisa merusak kepercayaan pembeli. Belum lagi jika kondisi barang rusak saat tiba di tangan konsumen. Semua itu bisa membuat reputasi jatuh.
Solusi: Kerja sama dengan perusahaan logistik internasional yang berpengalaman mutlak diperlukan. Pemerintah dan organisasi perdagangan juga perlu memberi akses informasi tentang tarif pengiriman, serta membuka jalur distribusi yang lebih efisien.
5. Fluktuasi Nilai Tukar
Bagi pelaku ekspor, nilai tukar ibarat pedang bermata dua. Ketika rupiah melemah terhadap dolar, keuntungan mungkin terlihat besar. Tapi di sisi lain, harga produk bisa menjadi lebih mahal bagi konsumen luar negeri, sehingga daya tarik berkurang. Bagi UMKM yang tipis margin keuntungannya, gejolak ini bisa berakibat fatal.
Baca juga: Santuy! 10 Jurus Bisnis Hadapi Ekonomi Lesu, Banjir Cuan di Tengah ketidakpastian!
Solusi: Salah satu strategi adalah melakukan hedging atau perlindungan nilai tukar melalui perbankan. Alternatif lainnya adalah membuat kontrak pembayaran dengan mata uang stabil untuk mengurangi risiko.
6. Tantangan Digitalisasi
Data dari DPR RI menunjukkan banyak UMKM belum siap secara digital. Mulai dari kesulitan menyusun laporan keuangan online, keterbatasan literasi digital, hingga belum adanya standardisasi produk berbasis digital ekspor. Padahal, dunia usaha hari ini bergerak ke arah digital. Kalau UMKM tertinggal di sini, mereka akan makin sulit bersaing.
Solusi: Mengikuti program inkubasi digital, pelatihan e-commerce, serta memanfaatkan marketplace global bisa jadi jalan keluar. Digitalisasi tidak hanya soal promosi, tapi juga efisiensi operasional, pencatatan keuangan, dan transparansi yang meyakinkan investor.
7. Peran Pemerintah dan Pendanaan Syariah
Untungnya, pemerintah tidak tinggal diam. Program pelatihan pameran internasional, hingga insentif pajak sudah digulirkan. Namun, upaya pemerintah tidak cukup tanpa dukungan finansial yang kuat. Di sinilah securities crowdfunding hadir sebagai solusi konkret.
Lewat instrumen sukuk atau saham, UMKM tidak hanya mendapatkan modal, tapi juga pendampingan dari investor yang peduli pada prinsip halal dan berkelanjutan.
Baca juga: Makjleb! 4 Pengaruh Rupiah Melemah Bagi UMKM, Harga Naik Konsumen Nyungsep!
UMKM yang mapan membutuhkan akses modal besar untuk naik kelas, bukan sekadar bertahan. LBS Urun Dana hadir dengan solusi pendanaan syariah mulai dari Rp500 juta hingga Rp10 miliar dirancang khusus untuk membantu usaha yang siap berekspansi.
Hingga kini, sudah lebih dari Rp239,1 miliar dana syariah tersalurkan ke berbagai sektor potensial. Sekarang giliran usaha Anda. Ajukan pendanaan di LBS Urun Dana hari ini, dan buktikan bahwa bisnis mapan bisa melangkah lebih jauh dengan modal halal dan diawasi OJK.