berita
24 Mei 2025
Ngeri! Kredit Seret dan Tabungan Masyarakat Mandek, Ekonomi Lesu itu Nyata?
Angka pertumbuhan kredit yang menurun terus-menerus bukan lagi sekadar catatan rutin dalam laporan ekonomi. Ini adalah sinyal kuat bahwa kondisi ekonomi domestik sedang tidak baik-baik saja.
Fenomena ini menjadi gambaran nyata dari iklim ekonomi lesu yang masih membayangi Indonesia, termasuk di tahun 2025 ini. Bagi pelaku usaha, efeknya bisa sangat terasa: ditolaknya proposal pinjaman, proyek yang tertunda, bahkan ancaman likuiditas yang makin ketat.
Dalam laporan terbaru Bank Indonesia per April 2025, pertumbuhan kredit hanya mencapai 8,88%. Angka ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang masih berada di angka 9,16%.
Baca juga: Daya Beli Anjlok! Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk?
Bank Indonesia menjelaskan, lemahnya pertumbuhan kredit bukan hanya karena permintaan yang melemah dari sektor riil, tapi juga karena kemampuan bank dalam menyalurkan kredit ikut terganggu akibat menurunnya pasokan dana dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
Dikutip dari CNBC pada Sabtu (24/5/2025), Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menyampaikan bahwa dalam dua bulan terakhir, permintaan yang menurun menjadi faktor utama. Namun di sisi lain, keterbatasan pertumbuhan DPK juga menekan kemampuan bank dalam menyuplai pembiayaan.
Ekonomi Lesu, Alarm Keras untuk Pengusaha?
Fenomena ekonomi lesu 2025 ini membawa dampak langsung ke iklim bisnis, terutama bagi UMKM dan korporasi yang tengah bersiap mengeksekusi ekspansi atau menjaga arus kas. Ketika bank kesulitan mendapatkan dana, dan permintaan kredit tak lagi dianggap layak secara risiko, maka pelaku usaha pun terkena imbasnya.
Bank Indonesia memang telah merespons dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 5,75% menjadi 5,25%. Kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan bunga pinjaman sehingga rumah tangga dan korporasi kembali percaya diri meminjam dana.
Namun penurunan bunga saja tak cukup ketika sumber pendanaan bank tetap terbatas. Karena itu, BI juga meningkatkan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) dari 30% menjadi 35% agar bank bisa mencari dana tambahan dari luar negeri. Tapi tentu, tidak semua pelaku usaha siap bergantung pada bank apalagi jika bank sendiri masih menyeleksi ketat calon peminjam.
Pendanaan Syariah Solusi Pengusaha Tetap Berjaya
Di tengah sulitnya mengakses pembiayaan, skema pendanaan syariah menawarkan nafas segar. Pendanaan syariah tidak hanya menjadi alternatif, tapi bisa menjadi solusi utama.
Sebab ia dibangun di atas prinsip keadilan, transparansi, dan saling menguntungkan bukan sekadar angka bunga dan jaminan aset. Selain itu, pendanaan syariah atau pembiayaan syariah juga terbukti lebih resilien karena bebas dari sistem berbunga yang sensitif terhadap fluktuasi BI Rate.
Baca juga: Gawat! 6 Sinyal Lebaran 2025 Tak Semarak & Perputaran Uang Seret!
Pendanaan syariah memberikan banyak manfaat nyata. Selain terbebas dari riba, sistem ini juga menghadirkan keberkahan karena menekankan kerja sama, nilai kemanusiaan, dan kesetaraan antara pemilik modal dan penerima dana.
Kini Anda tidak perlu bingung mencari pendanaan syariah. LBS Urun Dana, securities crowdfunding yang amanah mendukung bisnis Anda melesat dengan pendanaan syariah hingga Rp10 miliar. Tunggu apalagi! Ajukan sekarang dan raih bisnis halal bersama LBS Urun Dana.