investasi
24 Agustus 2025
Gak Ribet! Ini 7 Panduan Praktis Baca Neraca Emiten Syariah, Invest Cerdas Berkah!
Kalau Anda ingin tahu seberapa sehat sebuah perusahaan, jangan hanya dengarkan klaim manajemennya. Cara paling sederhana adalah melihat laporan keuangannya. Dari neraca atau balance sheet, kita bisa melihat apa yang benar-benar dimiliki perusahaan, berapa kewajibannya, dan seberapa kuat modal pemiliknya.
Untuk emiten syariah, neraca punya peran yang lebih dalam karena bukan hanya menilai kondisi finansial, tetapi juga memastikan semuanya bersih dari riba, jauh dari gharar, dan tidak mengandung praktik yang dzalim.
Apa Itu Balance Sheet?
Neraca atau balance sheet merupakan bagian penting dari laporan keuangan yang memperlihatkan kondisi finansial perusahaan pada waktu tertentu. Di dalamnya tercatat berapa besar kekayaan atau aktiva yang dimiliki serta kewajiban yang harus ditanggung. James C. Van Horne mendefinisikan neraca sebagai ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menampilkan total aktiva yang seimbang dengan total kewajiban dan ekuitas pemilik (Kasmir, 2016).
Penyusunan neraca biasanya mengikuti dua prinsip utama, yaitu tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Pada sisi aktiva, kas ditempatkan di bagian paling atas karena paling mudah dicairkan. Sementara pada sisi kewajiban, urutannya dimulai dari utang yang jatuh tempo dalam jangka pendek hingga yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Bentuk penyajiannya pun ada dua. Pertama, bentuk skontro (account form) dengan aktiva di sebelah kiri dan pasiva di sebelah kanan. Kedua, bentuk laporan (report form) yang disusun vertikal dari atas ke bawah.
Komponen Balance Sheet
Laporan neraca atau balance sheet adalah salah satu laporan keuangan paling penting. Lewat neraca, kita bisa melihat posisi keuangan perusahaan pada satu waktu tertentu, lengkap dengan apa saja yang dimiliki dan apa saja yang menjadi tanggungan. Tiga komponen utama di dalamnya adalah aset, kewajiban, dan ekuitas.
1. Aset
Aset adalah semua sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bisa memberi manfaat di masa depan. Aset terbagi menjadi dua:
a. Aset Lancar: harta yang mudah dicairkan dalam jangka waktu maksimal satu tahun. Misalnya kas, rekening bank, piutang dari pelanggan, persediaan barang dagang, investasi jangka pendek, hingga biaya yang sudah dibayar di muka.
Baca juga: Inspeksi! 5 Indikator Keuangan Penting Agar Investasi Bebas Boncos dan Berkah!
b. Aset Tidak Lancar: aset jangka panjang yang digunakan untuk menjalankan bisnis. Contohnya tanah, gedung, kendaraan, mesin, investasi jangka panjang, serta aset tak berwujud seperti hak cipta atau merek dagang.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah segala bentuk utang atau tanggung jawab finansial perusahaan kepada pihak lain. Kewajiban juga terbagi dua:
a. Kewajiban Lancar: utang yang harus dilunasi dalam waktu singkat, biasanya kurang dari satu tahun. Contohnya utang usaha ke pemasok, pajak yang belum dibayar, pinjaman jangka pendek, dan biaya yang masih harus dilunasi.
b. Kewajiban Tidak Lancar: kewajiban dengan jangka waktu lebih panjang, lebih dari satu tahun. Misalnya pinjaman jangka panjang, obligasi, atau kewajiban pensiun untuk karyawan.
3. Ekuitas
Ekuitas menggambarkan hak pemilik setelah semua kewajiban diselesaikan. Dengan kata lain, ekuitas adalah sisa nilai perusahaan yang benar-benar milik pemegang saham. Komponennya bisa berupa modal saham, laba ditahan yang diputar kembali ke bisnis, tambahan modal dari investor, serta keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi.
Perlu diketahui bahwa emiten syariah tidak boleh menanggung utang berbunga, karena riba bertentangan dengan prinsip Islam. Bagi investor, neraca menjadi alat untuk menilai integritas perusahaan. Dari laporan ini dapat terlihat apakah pendanaan diperoleh dari modal sendiri atau instrumen halal seperti sukuk dan saham syariah.
Contoh Neraca Keuangan
Dalam praktiknya, neraca keuangan biasanya disajikan dalam dua model, yaitu bentuk staffel dan bentuk skontro. Perbedaan keduanya terletak pada format penyajian laporan. Mari kita bahas satu per satu.
1. Neraca Bentuk Staffel
Model staffel menyajikan laporan keuangan dengan format memanjang ke bawah. Informasi akun ditulis di sisi kiri, sementara nominalnya dicatat di sisi kanan tabel. Urutan penulisan biasanya dimulai dari aktiva, lalu berlanjut ke kewajiban dan ekuitas secara berurutan ke bawah. Karena formatnya lebih panjang, bentuk staffel umumnya dipakai oleh perusahaan besar yang memiliki banyak akun.
2. Neraca Bentuk Skontro
Berbeda dari staffel, neraca skontro menggunakan format melebar ke samping. Laporan disusun dalam dua lajur: bagian kiri berisi informasi aset beserta nominalnya, sedangkan bagian kanan menampilkan kewajiban dan ekuitas. Dengan format yang ringkas, bentuk skontro lebih mudah digunakan oleh perusahaan yang ingin menampilkan keseimbangan posisi keuangan secara cepat dan sederhana.
Tips Membaca Balance Sheet Emiten Syariah
Membaca laporan neraca emiten syariah tidak cukup hanya melihat angka. Investor juga perlu memahami apakah perusahaan benar-benar bersih dari praktik yang dilarang syariat. Berikut beberapa hal yang penting diperhatikan:
1. Pastikan Sumber Aset Halal
Aset yang tercatat harus berasal dari usaha halal. Hindari emiten yang terlibat dalam bisnis yang diharamkan seperti alkohol, judi, atau produk berbasis riba.
2. Teliti Bagian Kewajiban
Emiten syariah tidak boleh mencatat utang berbunga. Kehadiran bunga (riba) jelas dilarang karena menzalimi salah satu pihak. Sebagai gantinya, kewajiban harus bersumber dari instrumen syariah seperti sukuk, akad mudharabah, musyarakah, atau murabahah.
3. Waspadai Gharar dalam Laporan
Gharar berarti ketidakjelasan atau spekulasi berlebihan. Jika laporan keuangan disusun tidak transparan, atau terdapat aset/kewajiban yang tidak jelas detailnya, investor patut berhati-hati. Neraca syariah wajib menjunjung keterbukaan agar terhindar dari ketidakpastian yang merugikan.
Baca juga: Tahu Gak? Ini Beda Laporan Keuangan Audited vs Unaudited Biar Gak Ketipu Investasi
4. Hindari Unsur Dzaliman
Neraca juga bisa menjadi cermin apakah perusahaan beroperasi dengan adil. Jika perusahaan mengambil keuntungan dengan merugikan pihak lain (misalnya praktik eksploitasi, manipulasi utang, atau pembagian keuntungan yang tidak adil), maka itu termasuk dzalim. Investor syariah sebaiknya menjauh dari emiten dengan pola seperti ini.
5. Analisis Rasio Lancar dan Ekuitas
Rasio lancar memperlihatkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendek tanpa harus berutang riba. Ekuitas yang kuat menunjukkan perusahaan dibiayai lebih banyak dari modal pemilik dan instrumen halal, bukan dari pinjaman berbunga.
6. Lihat Tren Pertumbuhan
Periksa neraca beberapa periode untuk memastikan aset tumbuh sehat, kewajiban terkendali, dan ekuitas meningkat. Pertumbuhan yang stabil tanpa bergantung pada pinjaman berbunga adalah ciri emiten syariah yang sehat.
7.Transparansi sebagai Amanah
Laporan neraca emiten syariah seharusnya mudah dipahami, lengkap, dan tidak menyembunyikan informasi penting. Transparansi adalah bentuk amanah sekaligus cara untuk menghindari gharar dan dzalim.
Membaca neraca emiten syariah bukan sekadar melihat angka aset, kewajiban, dan ekuitas. Lebih dari itu, neraca menjadi cermin untuk menilai apakah perusahaan benar-benar menjaga prinsip halal. Investor yang cermat akan memastikan laporan keuangan bersih dari riba, bebas dari gharar yang menimbulkan ketidakjelasan, serta terhindar dari praktik dzalim yang merugikan pihak lain.
Baca juga: Terungkap! Inilah Alasan ROI Investasi Syariah Tak Selalu Tinggi!
Dengan meneliti neraca dari sudut pandang ini, keputusan investasi tidak hanya berdasar pada logika bisnis, tetapi juga pada nilai keberkahan. Inilah yang membedakan emiten syariah dengan perusahaan konvensional: integritas keuangan dijaga agar setiap rupiah yang ditanamkan tetap halal, amanah, dan mendatangkan manfaat jangka panjang.
Sudah siap menjadi investor yang cerdas dan amanah? Mulai investasi Anda di LBS Urun Dana, platform securities crowdfunding yang diawasi OJK. Bersama kami, Anda bisa mendukung bisnis halal, transparan, dan bebas riba. Chip in sekarang!