berita
14 April 2025
Donald Trump Tunda Tarif Impor, Tapi China Kena Kenaikan 125%
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari atas kebijakan tarif impor tinggi terhadap puluhan negara. Namun, pengecualian diberikan untuk China, yang justru mengalami kenaikan tarif hingga 125%.
Kebijakan ini diumumkan pada Rabu (9/5/2025) waktu setempat, hanya kurang dari 24 jam setelah tarif baru diberlakukan. Keputusan itu langsung mengguncang pasar finansial global dan mendorong indeks saham utama AS melonjak tajam. Investor merespons positif kebijakan yang dianggap dapat meredakan ketegangan ekonomi global, meski untuk sementara waktu.
Dikutip dari CNBC pada Senin (14/4/2025), Pemerintah AS dikabarkan mengambil langkah mundur setelah melihat gejolak pasar yang dramatis. Ini menjadi salah satu volatilitas tertinggi sejak awal pandemi COVID-19. Triliunan dolar dilaporkan menguap dari bursa saham global, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak drastis.
Trump disebut merasa bahwa reaksi pasar menunjukkan adanya keresahan serius di kalangan pelaku usaha dan investor. Ia menilai bahwa pasar obligasi telah pulih dengan baik setelah pengumuman penundaan tarif tersebut.
Kebijakan Tarif Impor yang Tidak Konsisten
Sejak kembali menjabat pada Januari 2025, Trump dikenal sering mengeluarkan ancaman tarif impor terhadap mitra dagang, namun tak jarang kebijakan tersebut dicabut secara tiba-tiba. Pola seperti ini menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di kalangan pengusaha serta pemimpin negara-negara lain.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump menyebut bahwa tarif impor terhadap sejumlah negara akan ditangguhkan selama tiga bulan guna memberi waktu negosiasi bagi negara-negara yang telah mengajukan permohonan keringanan tarif.
Baca juga: Gawat! Tarif Impor Indonesia di AS Naik 32%, Pengusaha Harus Apa?
Sementara sebagian besar negara diberi kelonggaran, China sebagai pemasok terbesar kedua barang impor ke AS tidak mendapatkan dispensasi. Bahkan, tarif atas barang-barang asal China dinaikkan dari 104% menjadi 125%. Langkah ini mempertegas eskalasi konflik perdagangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia yang semakin memanas dalam sepekan terakhir.
Sektor Strategis Masih Terkena Tarif
Gedung Putih menegaskan bahwa penundaan hanya berlaku untuk sebagian kebijakan. Tarif umum sebesar 10% atas hampir seluruh barang impor tetap berlaku. Selain itu, tarif yang sudah diterapkan terhadap mobil, baja, dan aluminium tidak mengalami perubahan.
Meski pasar merespons positif dengan indeks S&P 500 naik 9,5% dan dolar AS menguat, para analis menilai bahwa kerusakan yang ditimbulkan dari kebijakan tarif impor tidak bisa langsung dipulihkan. Survei menunjukkan bahwa investasi bisnis dan konsumsi rumah tangga mulai melambat seiring kekhawatiran akan kenaikan harga.
Goldman Sachs menurunkan peluang terjadinya resesi di AS dari 65% menjadi 45% setelah pengumuman Trump. Namun mereka tetap memperkirakan bahwa rata-rata tarif impor akan naik sekitar 15% dan cukup untuk menekan pertumbuhan ekonomi global.
Baca juga: Berkelas! Ini Jurus Presiden Prabowo Hadapi Kenaikan Tarif Impor Amerika!
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari strategi negosiasi Trump sejak awal. Ia menyebut bahwa China secara tidak langsung dipancing untuk menunjukkan sikapnya di hadapan dunia internasional, dan negara-negara yang tidak melakukan pembalasan tarif telah diberi penghargaan dalam bentuk penundaan tersebut.
Negosiasi lanjutan disebut akan mencakup isu yang lebih luas seperti bantuan luar negeri dan kerja sama militer. Pemerintah AS saat ini memprioritaskan dialog dengan lebih dari 75 negara termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Vietnam.
Tarif Impor dan Dampaknya ke Bisnis Lokal
Bagi pelaku usaha di Indonesia, dinamika tarif impor global seperti ini bukan sekadar isu luar negeri. Fluktuasi harga barang, nilai tukar, hingga potensi ekspor dan impor dapat terdampak langsung. Karena itu, strategi pengelolaan modal kerja dan sumber pendanaan menjadi sangat krusial.
Salah satu solusi untuk menjaga kelangsungan dan pertumbuhan bisnis di tengah ketidakpastian global adalah dengan mencari pendanaan syariah yang lebih stabil dan transparan. Melalui LBS Urun Dana, pelaku usaha bisa mendapatkan akses permodalan yang halal, adil, dan bebas riba. Ini adalah pilihan cerdas untuk menghadapi guncangan ekonomi yang sulit diprediksi. Ajukan sekarang!