berita
5 Mei 2025
Kok Bisa? Literasi Keuangan Laki-laki Naik, Perempuan Justru Menurun
Literasi keuangan merupakan fondasi penting bagi masyarakat dalam mengambil keputusan ekonomi yang cerdas dan berkelanjutan. Namun, data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa masih terjadi kesenjangan gender dalam pemahaman keuangan di Indonesia.
Dalam laporan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, tercatat bahwa indeks literasi keuangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Ini menjadi catatan penting dalam upaya membangun ekosistem keuangan yang setara dan inklusif, khususnya dalam mengenalkan instrumen seperti pembiayaan syariah, sukuk, saham dan securities crowdfunding.
Laki-Laki Lebih Melek Finansial, Perempuan Mengalami Penurunan
Indeks literasi keuangan nasional pada 2025 tercatat mencapai 66,46%, naik dari 65,43% di tahun sebelumnya. Namun jika ditelisik lebih dalam, indeks literasi keuangan laki-laki naik dari 64,14% ke 67,32%, sementara perempuan justru menurun dari 66,75% ke 65,58%. Artinya, ada gap yang mulai melebar dalam pemahaman keuangan berdasarkan gender.
Baca juga: 5 Konsep Literasi Keuangan untuk Pengusaha Pemula, Biar Gak Tersesat!
Padahal, di sisi inklusi keuangan, perbedaan tidak terlalu signifikan: 80,73% untuk laki-laki dan 80,28% untuk perempuan. Angka ini tumbuh dari tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa akses produk dan layanan keuangan memang meningkat. Sayangnya, peningkatan akses ini belum diiringi dengan pemahaman yang seimbang, terutama di kalangan perempuan.
Gap Berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Pekerjaan
Perbedaan literasi keuangan juga terlihat berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Kelompok usia 26–35 tahun mencatatkan literasi tertinggi dengan 74,04%, diikuti kelompok 18–25 tahun (73,22%) dan 36–50 tahun (72,05%). Sebaliknya, kelompok usia 15–17 tahun dan 51–79 tahun mencatatkan skor terendah, masing-masing 51,68% dan 54,55%.
Berdasarkan pendidikan, kelompok tamat perguruan tinggi mencetak literasi tertinggi (90,63%), jauh di atas kelompok yang tidak/tidak tamat SD (43,2%) atau hanya tamat SD (54,5%). Artinya, semakin tinggi pendidikan, semakin besar kemungkinan seseorang memahami dan memanfaatkan produk keuangan secara bijak.
Dikutip dari Bloomberg Technoz pada Senin (5/5/2025), jenis pekerjaan juga mempengaruhi. Pegawai/profesional, pensiunan, dan pengusaha memiliki literasi keuangan tertinggi (85,8%, 74,11%, dan 73,6%). Sementara kelompok tidak/belum bekerja, petani/peternak/nelayan, dan pekerja informal lainnya mencatatkan angka terendah.
Baca juga: Riba Bikin Rugi! 7 Langkah Rencana Keuangan dengan Pembiayaan Syariah
Data SNLIK 2025 menegaskan bahwa literasi keuangan Indonesia memang meningkat, tapi kesenjangan di dalamnya tidak boleh diabaikan. Solusinya bukan hanya edukasi, tetapi juga membuka jalan agar masyarakat bisa langsung berpraktik melalui pembiayaan syariah dan investasi inklusif di LBS Urun Dana.
Sebagai securities crowdfunding, terpercaya LBS Urun Dana rutin menawarkan instrumen sukuk dan saham. Anda bisa mempunyai peluang yang sama untuk tumbuh secara finansial dengan cara yang halal, adil, dan memberdayakan. Mulai investasi sekarang!