berita
11 September 2025
Gubrak! Omon-Omon Haji “Resmi” Giring Ustadz Masyhur ke Tipu Daya Korupsi!
Dalam muamalah, kehati-hatian adalah hal yang sangat penting. Setiap peluang yang terlihat menguntungkan bisa saja menyimpan risiko tersembunyi. Tanpa sikap waspada, seseorang dapat terjebak pada keputusan yang justru merugikan, baik dari sisi finansial, moral bahkan hukum.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, sendiri mengajarkan agar setiap transaksi dilakukan dengan jelas, jujur, dan jauh dari hal-hal yang meragukan. Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan dengan kisah seorang tokoh agama yang ikut terseret dalam masalah keberangkatan haji.
Awalnya, ia bersama ratusan jamaah sudah mendaftar dan membayar biaya haji furoda atau jalur non-kuota resmi pemerintah yang kerap diminati karena bisa berangkat lebih cepat. Namun, ketika semua persiapan sudah matang, datang tawaran dari pihak travel lain.
Mereka meyakinkan bahwa perjalanan lewat jalur khusus tersebut “resmi dari Kementerian Agama”. Karena percaya, sang tokoh bersama jamaah pun setuju pindah. Belakangan, terungkap bahwa dokumen perjalanan yang disebut resmi itu justru bermasalah.
Baca juga: Wow! Prabowo Gaspol Bikin Kementerian Haji, Demi Umat atau Politik Belaka?
Ratusan jamaah terkena imbas, termasuk sang tokoh yang sebenarnya hanya menjadi korban dari korupsi kuota haji yang saat ini masih dalam penyelidikan. Dari tambahan kuota haji yang seharusnya dibagi sesuai Undang-Undang, justru ada pihak-pihak yang diduga menyalahgunakan wewenang demi keuntungan pribadi. Praktik semacam ini jelas mencederai amanah besar dalam mengelola ibadah suci yang melibatkan dana umat.
Kasus ini mengingatkan kita semua, bahwa dalam bisnis maupun ibadah, penting sekali memastikan legalitas dan kejelasan informasi. Praktik semacam ini jelas mencederai amanah besar dalam mengelola ibadah suci yang melibatkan dana umat.
Kehati-hatian, Kunci Sukses dalam Berbisnis
Allah ﷻ memerintahkan umat-Nya untuk mencari harta dan makanan dengan cara halal. Ini menjadi ikhtiar agar manusia terhindar dari harta haram. Perintah ini juga berlaku bagi para pebisnis yang bermuamalah setiap hari. Allah ﷻ berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa: 29)
Baca juga: Gawat! Haji 2026 Tak Lagi Diurus Kemenag, Terus Siapa Penggantinya?
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menegaskan larangan memakan harta orang lain dengan cara curang dalam perniagaan. Segala bentuk kecurangan, seperti riba, judi, tipu daya, atau transaksi yang tidak sesuai syariat, termasuk mengambil keuntungan dengan merugikan pihak lain, adalah batil. Islam hanya membolehkan perniagaan yang dilakukan secara jujur, transparan, dan atas dasar kerelaan kedua belah pihak.
Tips Agar Tidak Tertipu dalam Berbisnis Menurut Islam
Islam memberikan panduan agar umatnya tidak tertipu dan tetap aman dalam bermuamalah. Berikut beberapa prinsip penting yang bisa dijadikan pegangan:
1. Periksa Legalitas dan Kejelasan Usaha
Dalam Islam, setiap transaksi harus berdiri di atas kejelasan (bayyinah). Itu sebabnya, sebelum menjalin kerja sama, pastikan usaha atau perusahaan yang digandeng memiliki izin resmi, dokumen lengkap, dan status hukum yang jelas.
2. Pahami Akad dengan Sungguh-Sungguh
Akad ibarat jantung dalam muamalah. Banyak orang tertipu karena hanya mendengar janji manis tanpa meneliti isi perjanjian. Padahal, syariat menuntut akad yang transparan, hak dan kewajiban yang jelas, serta terbebas dari unsur gharar (ketidakjelasan) yang bisa merugikan di kemudian hari.
3. Cek Rekam Jejak dan Integritas Mitra
Kejujuran adalah modal terbesar dalam bisnis. Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa pedagang yang jujur kelak bersama para nabi, shiddiqin, dan syuhada. Karena itu, penting menilai integritas mitra dari rekam jejaknya: bagaimana mereka menjalankan usaha, bagaimana relasi mereka dengan pelanggan, dan apakah mereka dikenal memegang janji.
4. Kelola Keuangan dengan Transparan
Uang bisa jadi sumber perselisihan bila tidak dikelola dengan jujur. Islam mendorong keterbukaan dalam segala hal, termasuk dalam urusan finansial. Catat setiap transaksi, sediakan laporan yang jelas, dan pastikan penggunaan dana dapat dipertanggungjawabkan.
5. Jangan Terbuai Tawaran Menggiurkan
Tawaran bisnis dengan janji untung besar tanpa risiko sebaiknya ditolak. Prinsip ini sangat relevan agar Anda tidak terbawa pada keputusan gegabah yang berujung kerugian.
6. Mintalah Panduan dari Ahli Syariah
Tidak semua orang memahami detail hukum muamalah. Karena itu, jangan ragu berkonsultasi dengan ulama atau pakar fiqih muamalah sebelum mengambil langkah besar. Bimbingan mereka akan membantu Anda menghindari transaksi yang mengandung riba, gharar, atau bentuk kebatilan lainnya.
Baca juga: Bukan Sekedar Sah! Ini Rukun & Jenis Akad dalam Islam, Biar Jelas Semua Ikhlas
Setiap manusia tidak luput dari kesalahan, termasuk dalam urusan muamalah dan bisnis. Namun, yang terpenting adalah menjadikan setiap peristiwa sebagai bahan introspeksi, agar langkah kita ke depan lebih hati-hati. Islam tidak mengajarkan untuk saling menghakimi, tetapi mendorong umatnya saling mengingatkan dalam kebaikan.
Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk selalu menjaga kejujuran, amanah, dan kehati-hatian dalam berbisnis. Dengan begitu, rezeki yang kita peroleh bukan hanya mendatangkan keuntungan duniawi, tetapi juga keberkahan yang menyelamatkan kita dari jilatan api neraka. Wallahu a’lam bish-shawab.