berita
6 Agustus 2025
Astagfirullah! 6 Fakta Dibalik Data Ekonomi Indonesia 2025, Asli atau Rekayasa?
Ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 5,12% pada kuartal II-2025, sebuah angka yang mengejutkan sekaligus kontroversial. Pasalnya, angka tersebut bertolak belakang dengan proyeksi para ekonom yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berada di bawah 5%.
Padahal jika melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini, tidak ada momen signifikan yang bisa mendorong lonjakan pertumbuhan seperti itu. Pada kuartal I yang mencakup periode Lebaran dan THR sehingga pertumbuhan ekonomi hanya menyentuh 4,87%. Jadi, muncul pertanyaan besar: benarkah ekonomi Indonesia 2025 tumbuh sekuat itu?
3 Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Versi BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal II mencapai Rp 5.947 triliun. Pertumbuhan tahunan (year-on-year/yoy) berada di angka 5,12% dan tumbuh 4,04% secara kuartalan (q-to-q). Lantas, apa yang disebut BPS sebagai motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia?
1. Ledakan Aktivitas Lapangan Usaha
Menurut BPS, semua lapangan usaha mencatat pertumbuhan positif. Sektor "Jasa Lainnya" mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 11,31%, didorong oleh meningkatnya mobilitas masyarakat pada hari besar keagamaan. Sektor jasa perusahaan naik 9,31%, transportasi dan pergudangan 8,52%, serta akomodasi dan makanan minuman tumbuh 8,04%.
"Mobilitas penduduk di triwulan II ini betul-betul sangat meningkat," kata Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud sebagaimana dikutip dari DetikFinance pada Rabu (6/8/2025).
2. Konsumsi Rumah Tangga Tetap Kuat
Meskipun konsumsi pemerintah turun 0,33%, sektor rumah tangga tetap jadi andalan dengan kontribusi 4,97%. Peningkatan konsumsi disebut akibat kebutuhan primer dan tingginya mobilitas masyarakat, terutama selama momen hari libur dan keagamaan.
Baca juga: Bocor Alus! Cek Fakta Indonesia Bubar 2030 Karena Utang, Nyata atau Hoaks Belaka?
Uniknya, muncul fenomena yang disebut "Roh Halus" atau masyarakat hanya window shopping di mall tapi belanjanya lewat online. Transaksi belanja online tumbuh 7,55% dibandingkan kuartal sebelumnya.
3. Dampak Stimulus Pemerintah
Diskon transportasi, bansos, subsidi upah, hingga diskon JKK turut menopang daya beli masyarakat. Kebijakan stimulus dinilai efektif dalam mendorong ekonomi Indonesia 2025.
Ekonom Kritik Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Rilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 mengejutkan banyak pihak. Di tengah tekanan global dan lemahnya indikator domestik, sejumlah ekonom menilai capaian ini tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan.
Ekonom INDEF, Tauhid Ahmad, menyebut angka tersebut tak masuk akal. Menurutnya, jika melihat tren daya beli masyarakat dan perlambatan industri, pertumbuhan ekonomi semestinya hanya berada di kisaran 4,9%. Pandangan lebih pesimistis disampaikan Bhima Yudhistira peneliti dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) yang memperkirakan hanya 4,5 hingga 4,7%.
Masih DetikFinance, Bhima menggarisbawahi sejumlah indikator penting yang bertolak belakang dengan klaim pertumbuhan di atas 5 persen: daya beli masyarakat masih lemah, indeks PMI manufaktur konsisten di bawah 50 poin yang menandakan kontraksi, bahkan sempat turun ke 46,9 pada Juni. Selain itu, terjadi lonjakan PHK sebesar 32 persen secara tahunan sepanjang Januari hingga Juni 2025.
Ekonomi ini juga mempertanyakan logika pertumbuhan 5,12 persen saat konsumsi rumah tangga hanya naik tipis dari 4,95 persen di kuartal I menjadi 4,96 persen di kuartal II. Ditambah lagi, Indeks Keyakinan Konsumen juga menurun dari 121,1 ke 117,8.
3 Kejanggalan Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Kritik lebih keras muncul dari ekonom CELIOS lainnya yakni Nailul Huda, yang tidak percaya terhadap data ekonomi Indonesia saat ini versi BPS. Setidaknya ada 3 kejanggalan dari data tersebut:
1. Data Triwulan II Lebih Tinggi dari Triwulan Ramadhan–Lebaran
Biasanya, periode Ramadan dan Lebaran mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Namun pada 2025, pertumbuhan triwulan I yang memuat momen tersebut justru hanya 4,87%, sementara triwulan II yang tak memiliki momen konsumsi besar melonjak ke 5,12%. Ini dinilai tidak wajar secara historis maupun logis.
2. Industri Pengolahan Tumbuh, Tapi PMI Manufaktur Kontraksi
BPS mencatat sektor industri pengolahan tumbuh 5,68% pada triwulan II. Namun, hal ini bertolak belakang dengan data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang selama April–Juni berada di bawah ambang 50 poin, yang menandakan kontraksi. Bahkan pada Juni, PMI anjlok ke 46,9. Di sisi lain, jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) juga naik 32% secara tahunan sepanjang semester I 2025, mempertegas tekanan di sektor industri.
3. Konsumsi Rumah Tangga Stagnan, Tapi Pertumbuhan Nasional Melonjak
Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,96%, nyaris stagnan dibandingkan 4,95% pada triwulan I. Padahal, sektor ini menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB. Di tengah tren ini, lonjakan pertumbuhan ekonomi nasional ke 5,12% dinilai janggal. Apalagi, Indeks Keyakinan Konsumen turun dari 121,1 (Maret) ke 117,8 (Juni), mengindikasikan tekanan pada sisi permintaan. Di sisi lain, PMTB (investasi) memang tumbuh 6,99%, namun tak sejalan dengan tren PMI manufaktur yang melemah.
Baca juga: Ironis! Realisasi Investasi Indonesia Capai Ratusan Triliun, Tapi PHK Membludak!
“Ketidaksinkronan antara data pertumbuhan ekonomi dengan indikator utama lainnya membuat saya pribadi tidak percaya terhadap data BPS,” tegas Nailul.
Pentingnya Ketelitian dalam Transaksi Halal
Terlepas dari polemik data BPS terkait kondisi ekonomi Indonesia, ada satu hal penting yang bisa kita pelajari: ketelitian sangat krusial dalam setiap transaksi keuangan, terutama yang bersifat halal. Dalam dunia investasi halal dan pendanaan syariah, setiap keputusan harus dilandasi oleh analisis yang matang dan pertimbangan yang jernih.
Jangan sampai kita tergoda dengan iming-iming keuntungan tinggi, tapi justru terjebak dalam transaksi bodong yang penuh riba. Alhamdulillah, kini tersedia platform yang mendukung prinsip keuangan syariah dan transparan.
LBS Urun Dana hadir sebagai platform securities crowdfunding yang memberi Anda kesempatan berinvestasi di sektor halal, sekaligus membuka akses pendanaan bagi para pelaku usaha.
Melalui LBS Urun Dana, Anda bisa memulai investasi halal pada sukuk dan saham mulai dari Rp500 ribu. Sementara itu, pelaku usaha memiliki peluang memperoleh pendanaan syariah hingga Rp10 miliar, yang bisa digunakan untuk modal kerja, meningkatkan omzet, maupun ekspansi usaha.
Hingga kini, sebanyak 12.400 investor dan 864 pengusaha telah hijrah secara finansial dengan total dana syariah tersalurkan mencapai lebih dari Rp224 miliar. Sekarang giliran Anda. Ajukan pendanaan atau mulai investasi halal bersama LBS Urun Dana.